Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah diminta tidak hanya menjadikan penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) 2022 sebagai ajang promosi produk, melainkan juga merealisasikan minat buyers, sehingga bisa menjadi komitmen ekspor dalam jangka panjang.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat saat ini sudah 1.765 buyers dari 91 negara yang akan berpartisipasi di gelaran TEI ke-37 yang akan diselenggarakan pada 19-23 Oktober 2022.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan momentum TEI ini harus diutilisasi dengan mendorong potensi-potensi ekspor terutama dari negara-negara non tradisional.
“Jadi perlu adanya pembukaan dan perluasan pasar ekspor, karena situasi global saat ini negara tujuan utama atau mitra internasional mengalami tekanan dari sisi ekonomi domestik, inflasi maupun dari sisi daya belinya. Sehingga, trade expo ini bisa dijadikan momentum membuka pasar-pasar baru,” ujar Bhima, Selasa (19/10/2022).
Bhima mengatakan TEI juga jadi ajang menawarkan informasi-informasi produk yang berkualitas, tapi tidak hanya berhenti hanya pada waktu expo.
“Tapi selalu saya tekankan dari expo-expo sebelumnya, perlu follow up, tindak lanjut dari yang sudah mulai menjalin kontak ini harus ada rencana tindak lanjut yang difasilitasi pemerintah, sehingga potensi dan peluang ekspor ini menjadi realisasi dan bisa menjadi komitmen ekspor dalam jangkan cukup panjang,” tutur Bhima.
Baca Juga
Selain itu, menurut Bhima dari sisi pelaku usahanya harus disiapkan, sebab salah satu kelemahan di Indonesia ini adalah masalah stabilitas kualitas atau quality control.
“Jadi quality control-nya naik turun, artinya pengiriman barang dalam jumlah yang cukup tinggi maka peluang terjadinya difect atau barang yang tidak layak jual meningkat cukup tajam. Nah itu harus disiasati juga,” ungkap dia.
Lebih lanjut, Bhima menuturkan apabila dalam ajang TEI itu sudah ada yang tertarik dari negara tradisional terhadap produk-produk Indonesia, tantangan kemudian adalah berhadapan dengan tingginya biaya tarif, logistik, dan yang masalah serius adalah sertifikasi ekspor.
“Karena masuk ke suatu negara standarisasi, sertifikasinya cukup kompleks. Nah ini yang harus dibantu. Sehingga harapannya di tengah ancaman resesi global menyelenggarakan trade expo dan memunculkan banyak minat harus didorong tindak lanjutnya,” ujarnya.
Sementara itu, Kemendag sendiri menargetkan TEI tahun ini transaksinya bisa mencapai US$10 miliar. Optimisme tersebut juga dibuktikan dengan antusiasme buyers yang telah mendaftar (registered buyers). Sampai saat ini tercatat 1.765 buyers dari 91 negara yang akan berpartisipasi di gelaran TEI ke-37. Target tersebut jauh di atas nilai transaksi prospektif yang diraup dari Trade Expo Indonesia Digital Edition (TEI-DE) tahun lalu yang mencapai US$3,5 miliar ekuivalen Rp50,3 triliun.
“Kita targetkan US$10 miliar. Doakan saja mudah-mudahan tercapai,” ucap Didi kepada Bisnis, Selasa (18/10/2022).
Dia optimis bahwa tahun ini antusiasme buyer tidak hanya berasal dari negara-negara Asia Pasifik, tetapi juga wilayah di Amerika Latin seperti Brasil, Bolivia, Chili, serta buyer dari wilayah Eropa dan Afrika.