Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyambut baik kabar bahwa Inggris tengah bersiap membatalkan sebagian rencana pemotongan pajak besar-besaran dalam upaya untuk menstabilkan pasar.
Dilansir Bloomberg pada Jumat (14/10/2022), Departemen Keuangan Inggris dan 10 pejabat Downing Street sedang menyusun opsi untuk Perdana Menteri Liz Truss, tetapi belum ada keputusan akhir yang diambil.
Liz Truss diperkirakan membatalkan janjinya untuk mempertahankan pajak korporasi tahun depan dan malah menaikkannya seperti yang direncanakan sebelumnya.
"Jika harus ada kalibrasi ulang (kebijakan pajak), adalah keputusan yang tepat bagi pemerintah (Inggris) untuk melakukannya," kata Georgieva dalam pertemuan tahunan IMF di Washington, dikutip Bloomberg, Jumat (14/10).
Georgieva bertemu dengan Menteri Keuangan Inggris Kwasi Kwarteng dan Gubernur Bank of England Andrew Bailey pada Rabu dan mengatakan pertemuan ketiganya sangat konstruktif.
“Kami membahas pentingnya koherensi kebijakan dan berkomunikasi dengan jelas,. Di lingkungan yang tak pasti ini, tidak ada alasan untuk lebih banyak kekhawatiran,” ungkapnya.
Baca Juga
Seperti diketahui, Liz Truss dikabarkan akan membatalkan bagian strategi ekonominya pada hari Jumat setelah tekanan pasar yang besar terhadapnya untuk menjelaskan bagaimana dia akan membiayai rencana pemotongan pajak besar-besarannya.
Langkah itu diungkapkan oleh sumber yang mengetahui rencana ini. Sumber tersebut tidak mengatakan kebijakan mana yang akan dibatalkan Truss. Kantor perdana menteri kemudian mengatakan Truss akan mengadakan konferensi pers pada hari Jumat, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Perhatian pasar tertuju pada apakah Truss membatalkan rencananya untuk tidak menaikkan pajak korporasi tahun depan seperti yang direncanakan sebelumnya oleh pendahulunya, Boris Johnson.
Tekanan terhadap Trus ssemakin besar setelah pada 23 September Menteri Kwasi Kwarteng mengumumkan renanan pemotongan pajak terbesar yang tidak didanai.
Pengumuman tersebut mengejutkan pasar dan menyeret poundsterling jatuh rekor terendah terhadap dolar. Bank of England terpaksa melakukan intervensi darurat untuk menopang pasar obligasi.