Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Jepang terus memberikan peringatan mengenai pergerakan mata uang spekulatif menyusul anjloknya yen ke level terendah dalam tiga dekade terakhir.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (14/10/2022), yen jatuh ke level terendah sejak Agustus 1990 setelah lonjakan data inflasi AS di atas perkiraan pada hari Kamis, sebelum berbalik menguat yang meningkatkan spekulasi tindakan otoritas moneter Jepang.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki menegaskan Jepang tidak bisa mentolerir langkah berlebihan yang dipicu oleh spekulasi.
"Kami mengawasi pasar valuta asing dengan rasa urgensi yang tinggi, dan kami akan mengambil tanggapan yang tepat terhadap pergerakan yang berlebihan." jelasnya.
Seorang pejabat tinggi kementerian keuangan menolak untuk mengomentari mengenai intervensi pemerintah ke pasar keuangan setelah volatilitas nilai tukar yen.
Mata uang yen ditutup melemah 0,3 persen atau 0,45 poin ke 147,67 per dolar AS pada hari Jumat karena pelaku pasar memperhitungkan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS. Nilai yen ini jauh di bawah level yang bulan lalu memicu intervensi pertama negara itu untuk mendukung yen dalam 24 tahun.
Baca Juga
Suzuki menilai banyak negara menunjukkan perlunya memperhatikan dan menangani efek risiko pengetatan moneter global pada masyarakat dan ekonomi, sehingga beberapa berbicara tentang masalah mata uang.
"Tapi kami tidak membahas langkah-langkah atau cara kerja sama yang konkret," lanjutnya.
Meskipun Suzuki menegaskan kembali pandangannya bahwa langkah intervensi Jepang telah dipahami oleh AS lalu, dia mengatakan belum pernah melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan AS Janet Yellen.
Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda menjelaskan bahwa dia tidak berniat untuk mengubah kebijakan suku bunga terendah yang berkontribusi terhadap penurunan yen. Dia mengulangi janjinya untuk mendukung ekonomi karena inflasi saat ini cenderung tidak bertahan lama dan akan turun di bawah target bank sentral tahun depan.
"Kenaikan suku bunga tidak diperlukan dan itu tidak pantas mengingat kebijakan moneter dan suku bunga yang paling tepat untuk ekonomi dan inflasi," tutur Kuroda.
Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan haluan awal dalam tren penurunan yen terhadap dolar, bahkan jika ancaman intervensi lebih lanjut membantu memperlambat pergerakan mata uang.