Bisnis.com, JAKARTA - Negosiasi antara Indonesia dan China terkait cost overrun Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung masih berlangsung. Saat ini, biaya proyek patungan kedua negara itu diprediksi bengkak sebesar US$1,1 miliar sampai dengan US$1,9 miliar.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China atau KCIC Dwiyana Slamet mengungkap bahwa negosiasi antara Indonesia dan China saat ini masih berlangsung pada level pemerintah.
"Sekali lagi, ini [pembahasan cost overrun] masih negosiasi antara pemerintah Indonesia dengan China," ungkapnya kepada wartawan usai meninjau Kereta Cepat, Kamis (13/10/2022).
Pada hari yang sama, Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pehubungan Budi Karya Sumadi meninjau progres proyek tersebut di Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Dwiyana juga mengonfirmasi bahwa ada perbedaan asumsi cost overrun oleh pemerintah Indonesia dan China. Hal itu, lanjutnya, lantaran memiliki konsultan yang berbeda.
Salah satu contoh perbedaan asumsi besaran pembengkakan biaya proyek yakni terkait dengan biaya pemasangan sistem jaringan persinyalan kereta. Dwiyana mengatakan bahwa konsultan China mencatat biaya pemasangan frekuensi GSMR untuk 900 megahertz sebagai free of charge atau gratis.
Baca Juga
Hal itu, ungkap Dwiyana, karena pemerintah di China menyediakan frekuensi tersebut khusus untuk kereta.
Sementara itu, di Indonesia, jaringan GSMR 900 megahertz sudah dipakai oleh industri telekomunikasi sejak 1992, sehingga proyek KCJB diminta untuk bekerja sama dengan Telkomsel.
"Jadi, kami diminta untuk kerja sama dengan Telkomsel dan di situ ada investasinya hampir sekitar Rp1,3 triliun untuk clearance frekuensi dan lain-lain, sehingga tidak akan saling mengganggu antara frekuensi Telkomsel dengan kami," tuturnya.
Oleh karena itu, perbedaan asumsi tersebut membuat diskusi antara kedua negara masih berlangsung.
"Kalau pemerintah China tidak mau mengakui ini pasti ada perbedaan. Ini yang sedang dibahas dan didiskusikan," terangnya.
Untuk diketahui, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) awal tahun ini menemukan bahwa cost overrun proyek Kereta Cepat mencapai US$1,1 miliar. Sementara itu, PT Kereta Api Indonesia (Persero), selaku lead consortium, memprediksi kisaran cost overrun mulai dari US$1,1 miliar sampai dengan US$1,9 miliar.
Selaku pemegang saham KCIC, kedua negara yakni Indonesia dan China memiliki kewajiban untuk membayar biaya tersebut. Adapun, kepemilikan saham China di KCIC sebesar 40 persen, sedangkan Indonesia sebesar 60 persen.
Pembiayaan proyek juga mengandalkan pinjaman selain ekuitas KCIC. Sekitar 75 persen nantinya akan bersumber dari pinjaman ke China Development Bank (CDB).