Bisnis.com, JAKARTA - Optimisme pemulihan global kian terkikis oleh prospek melambatnya ekonomi global dan inflasi yang lebih cepat pada 2023. Krisis energi hingga tekanan di pasar keuangan menjadi pemicunya.
Pada saat yang sama, Federal Reserve tidak akan mengerem langkahnya untuk menaikkan suku bunga acuan. Alarm resesi global makin kencang diungkapkan oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.
Peringatan resesi ini menjadi salah satu berita pilihan Bisnisindonesia.id edisi Rabu (12/10/2022). Berikut lima sajian yang kami hadirkan dalam Top 5 News.
1. Peringatan Resesi IMF Kendurkan Optimisme Pemulihan Global
Dalam pidato di Georgetown University pada pekan lalu, Georgieva juga telah mengatakan bahwa IMF akan mengumumkan pemangkasan prospek ekonomi global tahun 2023 dalam acara tahunan tersebut.
Tekanan ekonomi terjadi di seluruh kawasan, termasuk negara dengan ekonomi maju. Roda perekonomian di wilayah Eropa melambat karena harga gas alam melonjak. Sementara itu, perlambatan ekonomi China juga terjadi karena kebijakan zero covid dan volatilitas di sektor perumahan.
Baca Juga
Berdasarkan kalkulasi IMF, sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami kontraksi setidaknya dua kuartal berturut-turut pada tahun ini dan tahun depan. Bahkan, perekonomian dunia diprediksi akan mengalami kerugian hingga US$4 triliun hingga 2026.
Untuk itu, Georgieva menekankan pentingnya dukungan fiskal yang tepat sasaran untuk meredam inflasi dan dukungan bagi negara berkembang yang terpukul oleh pengetatan kondisi keuangan.
2. Pabrik Etanol Hadapi Tantangan, Kementerian BUMN Turun Tangan
Pemerintah sempat mewajibkan formulasi 5 persen etanol pada bensin pada 2020, namun dalam perjalanannya rencana tersebut menghadapi kendala sehingga diturunkan menjadi hanya 2 persen. Belum menyerah, Kementerian BUMN turun tangan membentuk Sugar Co.
Bioetanol atau etanol merupakan andalan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak nondiesel, seperti bensin. Riset dan pengembangan produksi etanol telah lama dilakukan oleh banyak negara, terutama sejak krisis BBM pada awal 1970-an.
Di Indonesia, pemerintah mulai mendorong pengembangan bahan bakar nabati (biofuel), termasuk bioetanol, dengan menerbitkan Perpres No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang menargetkan bauran BBN lebih dari 5% pada 2025.
Bersamaan dengan itu diterbitkan pula Inpres No.1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Inpres ini memerintahkan lembaga di tingkat pusat hingga daerah untuk membuat kebijakan dalam rangka mempercepat pemanfaatan BBN.
Pada 2008, Kementerian ESDM mengeluarkan Permen ESDM No 32/2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Berdasarkan aturan ini, Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Niaga BBM wajib mengusahakan BBN sebagai bahan bakar lain. Targetnya, porsinya 10 persen pada 2025.
3. PLN Ungkap Kriteria PLTU Batu Bara yang akan Ditutup demi EBT
Kendati masih dihadapkan pada persoalan biaya, pemerintah bersama PT PLN (Persero) telah menetapkan sejumlah kriteria prioritas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang akan dipensiunkan.
Terlebih, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik, yang akan menjadi acuan untuk menetapkan arah kebijakan dalam upaya mempercepat penghentian operasional PLTU batu bara di Indonesia.
Melalui Perpres 112/2022 tentang energi baru terbarukan (EBT) yang diteken oleh Presiden Joko Widodo pada 13 September 2022 dan berlaku sejak aturan itu diterbitkan, pemerintah ke depannya tidak lagi melakukan pembangunan PLTU batu bara baru.
Secara bertahap, pemerintah juga akan menghentikan operasional PLTU, paling lama sampai dengan 2050. Sebagai gantinya, pembangkit listrik berbahan bakar EBT akan terus digencarkan pembangunannya.
4. Langkah Strategis Usai Grup Salim Suntik BUMI
Emiten tambang batu bara, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) resmi mendapatkan restu pemegang saham untuk melakukan private placement jumbo Rp24 triliun. Aksi ini sekaligus menjadi jembatan bagi Grup Salim masuk emiten tambang Grup Bakrie itu.
Melalui private placement ini , Grup Salim milik Anthony Salim masuk ke emiten dengan kode saham BUMI melalui dua perusahaan cangkang yaitu Mach Energy Limited (MEL) dan Treasure Global Investments Limited (TGIL). MEL mengambil 85 persen dari saham yang dilepas BUMI, sementara TGIL mengambil 15 persen sisanya.
MEL sendiri memiliki komposisi pemegang saham yang terdiri atas PT Bakrie Capital Indonesia (BCI) dengan kepemilikan saham 42,5 persen di bawah kendali Grup Bakrie. Ada juga terdapat Colver Wide Limited dengan kepemilikan saham 15 persen dan dikendalikan oleh Agoes Projosasmito.
MEL juga dimiliki 42,5 persen sahamnya oleh Mach Energy Pte. Ltd yang berbasis di Singapura. Perusahaan ini berada di bawah kendali Anthoni Salim.
5. Menghitung Dampak Switch Over 6 Stasiun Manggarai Mulai November
Perluasan Stasiun Manggarai bakal makin signifikan seiring dengan rencana switch over 6 yang akan dimulai pada akhir November 2022. Sejumlah jalur akan kembali diaktifkan dalam peralihan operasional ini.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya optimalisasi layanan PT Kereta Api Indonesia (persero) di Stasiun Manggarai. Mulai dari optimalisasi layanan perjalanan Kereta Api (KA) Jarak Jauh, KRL Commuter maupun KA Bandara.
Dalam berbagai kesempatan, Kementerian Perhubungan maupun manajemen KAI menyatakan bahwa Stasiun Manggarai akan disulap menjadi stasiun sentral sekaligus sebagai titik temu seluruh moda perkeretaapian.
Teranyar, KAI merencanakan switch over 6 akan dimulai pada November mendatang. Perubahan operasional kali ini ditujukan untuk memperluas area transit bagi penumpang. Salah satunya dengan mengaktifkan jalur 3 dan 4. Kemudian akan berlanjut dengan SO 7 untuk mengoptimalkan jalur double-double track.