Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menegaskan pemerintah belum sampai pada pembahasan spesifik soal perpanjangan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) PT Freeport Indonesia (PTFI) di Tambang Grasberg, Papua.
Bahlil menegaskan pemerintah masih berfokus untuk memastikan kontribusi PTFI bagi kegiatan hilirisasi hingga ekonomi lokal hingga IUPK berakhir pada 2041 mendatang.
“Hari ini kita tidak bicara perpanjangan, kita bicara soal bagaimana kontribusi Freeport kepada Indonesia, penyiapan lapangan kerja,” kata Bahlil selepas acara Orasi Ilmiah PTFI di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (5/10/2022).
Bahlil menegaskan pemerintah masih mengkaji lebih dahulu ihwal potensi perpanjangan IUPK PTFI di Tambang Grasberg tersebut. Menurut dia, rencana perpanjangan IUPK nanti mesti mengakomodasi kepentingan nasional yang lebih besar ketimbang kelompok tertentu.
“Kalau pun ada [perpanjangan], pasti akan kami sampaikan, tapi dalam kerangka aturan main sesuai dengan peraturan yang ada,” tuturnya.
Sebelumnya, Holding BUMN Pertambangan MIND ID meminta dukungan politik dari parlemen untuk menjaga keberlanjutan operasional PTFI di Tambang Grasberg tersebut.
Baca Juga
Dukungan itu berkaitan dengan keberlanjutan dari penambangan serta hilirisasi konsentrat tembaga di Tanah Air yang belakangan sedang diintensifkan PTFI.
“Karena kita takut tingkat perkembangannya menurun menjelang 2041 kalau belum ada kepastian setelah 2041 IUPK-nya apakah dilanjutkan,” kata Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso saat rapat dengar pendapat pendapat (RDP) bersama dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (16/2/2022).
Adapun, PTFI menargetkan dapat menyetor uang mencapai US$80 miliar atau setara dengan Rp1.128 triliun, kurs Rp15.230, pada kas negara secara langsung hingga 2041 mendatang. Asumsinya harga tembaga US$4 dan harga emas berada di kisaran US$1.800 saat itu.
Chairman of the Board and CEO Freeport McMoRan Richard C. Adkerson mengatakan PTFI telah membuktikan setoran ke negara yang cukup besar di angka US$23,1 miliar atau setara dengan Rp315,81 miliar sepanjang 1992 hingga 2021 lalu. Setoran itu berasal dari penerimaan pajak, royalti, dividen dan pembayaran lainnya.
“Ke depan dengan operasi yang makin luas dan pasar tembaga yang makin kondusif kita pikir untuk 20 tahun mendatang setidaknya dapat memberikan sedikitnya US$80 miliar untuk manfaat langsung ke negara,” kata Richard saat memberikan orasi ilmiah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Selasa (4/10/2022).
Di sisi lain, PTFI telah mengalokasikan investasi tambahan mencapai US$18,6 miliar atau setara dengan Rp283,76 triliun terkait dengan pengembangan tambang dan hilirisasi tembaga milik perseroan untuk periode 2021 hingga 2041 mendatang.
Investasi yang relatif besar itu dilakukan setelah perhitungan cadangan bijih milik perseroan diproyeksikan masih dapat ditambang hingga 2052 mendatang. Malahan, kapasitas sumber daya bijih potensial untuk dikembangkan berdasarkan perkiraan PTFI berada di kisaran 3 miliar ton.
“Grasberg makin hari makin besar itu sebuah kesempatan kita juga punya sumber daya yang melampaui cadangan terbukti, kita harus tetap melakukan pengeboran untuk membuktikan cadangan yang mungkin kita temukan, itu kesempatan yang baik,” kata dia.