Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) angkat suara perihal meroketnya harga kedelai di tingkat perajin tahu tempe yang mencapai Rp13.000 per kilogram (kg).
Sebulan sebelumnya, kedelai masih Rp11.000 per kg. Kenaikan harga kedelai direspons oleh perajin dengan menaikkan harga tahu tempe hingga memperkecil ukurannya.
Ketua Bapanas Arief Prasetyo Adi mengungkapkan berfluktuasinya harga kedelai tak terlepas dari ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor.
“Saat ini kedelai sangat tergantung Impor,” kata Arief saat dihubungi Bisnis, Jumat (30/9/2022).
Dia mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun terus meminta agar Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menggalakkan produksi kedelai Indonesia yang telah lama mati suri.
“Yang benar adalah memulai produksi di dalam negeri untuk mulai pemenuhan kebutuhan dari lokal. Pak Presiden meminta Kementan mulai menanam di Indonesia,” ujar Arief.
Indonesia sendiri masih ketergantungan pada kedelai impor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor kedelai ke Indonesia mencapai US$1,48 miliar pada 2021. Nilai tersebut naik 47,77 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar US$1 miliar.
Menurut Ketua Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin Indonesia sendiri membutuhkan sekitar 2,5 juta ton per tahun kedelai impor. Namun, kata Aip, tahun ini impor Indonesia sendiri akan turun sekitar 30 persen karena produksi dunia merosot. Hal ini salah satunya yang membuat harga kedelai naik.
“Makanya perajin saat ini yang biasanya dapat 100 kg, turun jadi 70 kg, 50 kg. Otomatis produktivitas kita juga turun,” kata Aip saat dihubungi, Rabu (30/9/2022).
Sebelumnya, Kementerian Pertanian sedang mempersiapkan sekitar 351.000 hektare (ha) area tanam kedelai, sedangkan saat ini seluas 67.000 ha sudah mulai melakukan penanaman. Area lainnya akan dilakukan penanaman mulai Oktober mendatang.
Pada ratas tersebut juga Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan anggaran sekitar Rp400 miliar untuk pengembangan area tanam kedelai.
“Langkah berikut yang sudah disiapkan oleh anggaran pemerintah itu untuk perluasan ke 300.000 hektare, anggarannya sekitar Rp400 miliar. Dan tahun depan akan ditingkatkan dari 300.000 menjadi 600.000 hektare,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (19/9/2022).
Menurut Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, selama ini petani enggan menanam kedelai karena harganya yang rendah dan tidak menutup biaya produksi. Oleh karena itu, pihaknya berencana menetapkan tarif impor untuk komoditas bahan baku untuk tempe dan tahu.
Dia mengungkapkan perlunya pemberlakukan kebijakan tarif impor kedelai dalam upaya meningkatkan daya saing kedelai lokal dalam negeri yang digadang-gadang sekitar Rp10.000 per kilogram (kg).
“Harga acuan kedelai sekitar Rp10.000/kg, harga di CBOT Rp7.700 per kg saat ini, [terkait disparitas harga] salah satunya akan dipelajari pengenaan tarif impor,” ungkapnya, Selasa (20/9/2022).