Bisnis.com, JAKARTA- Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengungkapkan para pelaku usaha mulai menaikan biaya sewa mal dan service charge kepada peritel mulai tahun depan. Kenaikan itu berdasarkan beberapa pertimbangan, salah satunya tingkat kunjungan yang sudah mendekati pulih seperti sebelum pandemi Covid-19.
Ketua APPBI Alphonzus Wijaya menyatakan pengelola pusat belanja sendiri akan menaikkan service charge dan sewa sekitar 5-10 persen. Menurutnya, kenaikan tersebut relatif bijak, sebab pengelola pusat belanja sudah hampir 3 tahun tidak manaikkan service charge dan sewanya kepada tenan.
“Hampir 3 tahun tidak naik, makanya beban pusat belanja sangat berat. Bahkan ada defisit, ada pusat belanja yang diamabil alih, makanya sudah waktunya menaikkan service charge dan sewa,” ujar Alphonzus dalam diskusi virtual, Rabu (28/9/2022).
Dia membeberkan tingkat kunjungan mal pada tahun ini sangat signifikan pertumbuhannya dibandingkan tahun lalu dan awal pandemi pada 2020. Hal itu dimulai dari libur Idul Fitri dan dibolehkannya mudik oleh pemerintah setelah 2 tahun.
“Ini membuat sentiment positif pada kunjungan belanja. Bahkan beberapa pusat belanja seperti sudah normal sebelum pandemi. Ramai sekali. Ini menggembirakan. Ini masa-masa pemulihan,” ujar Alphonzus.
Menurut catatan APPBI, tingkat kunjungan pada 2022 hampir 90 persen. Padahal, pada 2020 hanya 50 persen, 2021 naik jadi 60 persen. Alphonzus menyebut, peningkatan ini seiring dengan berhasilnya Indonesia meredam wabah Covid-19.
Dengan pertumbuhan tersebut, dia yakin peritel atau tenant tidak akan terbebani dan langsung menaikkan harga jualnya pasca kenaikan ini. “Jadi tidak hanya tingkat kunjungan mal, tapi penjualan yang meningkat. Meski ada kenaikan [harga] pun tidak akan tinggi, hanya 5-10 persen,” imbuhnya.
Selain itu, ujar Alphonzus, kenaikan tersebut juga dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga Bank Indonesia jadi 4,25 persen. Akibatnya, akan mempengaruhi pada proses pembangunan pusat belanja dan tentunya sisi operasional. Alhasil, beban ini mau tidak mau berdampak pada kenaikan service charge dan sewa.
“Ini akan ada perhtungan berubah, dari sisi finansial karena suku bunga pinjaman akan naik. Ada dua langkah, memperlambat proses pembangunan, atau juga value engineering, bagaimana strategi konsusmsi bisa lebih efisien agar mengcover kenaikan suku bunga,” tutur dia.