Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tembus Rp15.200 Per Dolar AS! Begini Dampak Menakutkan ke Ekonomi Indonesia

Salah satu dampak pelemahan rupiah yang semakin dalam adalah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan lebih agresif.
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). /Bisnis-Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). /Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu (28/9/2022) kembali ditutup melemah atau turun 0,94 persen ke level Rp15.266 per dolar Amerika Serikat (AS).

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah ke depan, dipengaruhi oleh sentimen pengetatan moneter yang lebih agresif di negara maju.

Level pelemahan rupiah saat ini merupakan yang terdalam sejak April 2020. Bhima memperkirakan, nilai tukar rupiah berpotensi menyentuh level Rp15.500 per dolar AS dalam waktu dekat.

“Karena agresivitas kebijakan moneter di negara maju, yang menaikkan suku bunga sehingga mendorong aliran modal keluar di negara berkembang. Tapi, ini tidak hanya terjadi di Indonesia,” katanya kepada Bisnis, Rabu (28/9/2022).

Bhima menjelaskan, di satu sisi, pelemahan rupiah akan memberikan keuntungan yang cukup tinggi bagi para eksportir.

“Seperti saat periode 1998 ketika rupiah melemah cukup dalam terhadap dolar, eksportir kopi saat itu memperoleh devisa dalam jumlah yang sangat besar,” jelasnya.

Namun demikian, di sisi lain, bhima mengatakan pelemahan rupiah memberikan lebih banyak dampak negatif bagi perekonomian.

Pelemahan nilai tukar rupiah akan mendorong imported inflation yang lebih tinggi. Harga barang impor, seperti pangan, yaitu gula, daging sapi, gandum, dan kedelai, akan mengalami kenaikan harga yang  lebih tinggi.

Kondisi ini akan menciptakan tekanan inflasi yang lebih besar di dalam negeri.

Sejalan dengan itu, pelemahan rupiah yang semakin dalam akan mendorong Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan.

Kenaikan suku bunga acuan yang terlalu tinggi ini akan menghambat penyaluran kredit perbankan. Konsumsi masyarakat juga menjadi tertekan. 

“Masyarakat akan mengurangi belanja akibat kenaikan suku bunga pinjaman, misalnya belanja untuk properti melalui kredit pemilikan rumah [KPR] atau kendaraan bermotor, akhirnya menjadi ditunda,” kata dia.

Bhima menambahkan, dari sisi produksi, biaya bahan baku juga akan meningkat signifikan, terutama pada sektor industri pengolahan untuk bahan baku yang diperoleh dari impor.

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia pada pekan lalu telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen.

Keputusan tersebut selain sebagai langkah pengendalian inflasi, juga sebagai langkah memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa tingkat inflasi yang telah meningkat tinggi mendorong bank sentral di banyak negara melanjutkan kebijakan moneter secara agresif. 

Pada pertemuan FOMC September ini, the Fed kembali menaikkan suku bunga acuan  sebesar 75 basis poin dan diperkirakan masih akan meningkat ke depannya.

“Perkembangan tersebut mendorong semakin kuatnya mata uang dolar AS dan semakin tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, sehingga mengganggu aliran investasi portofolio dan tekanan nilai tukar di negara-negara emerging market, termasuk Indonesia,” katanya.

BI, kata dia, akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper