Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi Sri Mulyani, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III/2022 Capai 6 Persen

Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa indikator konsumsi dan investasi pada kuartal III/2022 masih cukup kuat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja Pemerintah dengan Banggar DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/9/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimajarn
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja Pemerintah dengan Banggar DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/9/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimajarn

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 di kisaran 5,6 persen hingga 6 persen, yang berasal dari tingginya konsumsi maupun acuan atau baseline tahun lalu yang rendah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa indikator konsumsi dan investasi pada kuartal III/2022 masih cukup kuat, ekspor pun naik di atas 30 persen. Tingginya kontribusi konsumsi terhadap produk domestik bruto (PDB) membuat indikator yang stabil itu membawa optimisme terhadap kinerja perekonomian.

Sri Mulyani menyebut bahwa aktivitas perekonomian kuartal III/2022 akan segera selesai, sehingga kondisi sejak Juli cukup tergambarkan dan kinerjanya baik. Dia optimistis kinerja kuartal III/2022 dapat melanjutkan tren sejak beberapa kuartal lalu, yakni pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.

"Kuartal III/2022 kita [proyeksikan] 5,6—6 persen," ujar Sri Mulyani pada Selasa (27/9/2022).

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi kuartal III/2021 yang hanya 3,51 persen merupakan baseline yang rendah. Hal itu menjadi salah satu faktor pendorong kinerja kuartal III/2022 yang bisa mencapai 6 persen, tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Adapun, Sri Mulyani berharap bahwa kondisi ekonomi kuartal IV/2022 bisa berjalan dengan mulus tanpa banyak hambatan. Pasalnya, sepanjang tahun berjalan gejolak ekonomi global sangat volatil yang memberikan tekanan tersendiri bari negara berkembang seperti Indonesia.

"Kami berharap pada kuartal IV/2022 itu tidak terganggu terlalu banyak akibat gejolak yang sekarang ini terjadi, seperti kenaikan suku bunga yang sangat drastis dari Federal Reserve, nilai tukar yang tertekan, dan dari sisi kemungkinan terjadinya pelemahan ekonomi global," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper