Bisnis.com, JAKARTA – Mantan direktur departemen statistik dan analisis Bank Rakyat China (PBOC) Sheng Songcheng menilai siklus kenaikan suku bunga Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed yang paling agresif sejak 1980-an membuat pasar global tidak stabil.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (27/9/2022) menurutnya keputusan Fed untuk menaikkan suku bunga acuan guna memerangi inflasi yang sangat tinggi melemahkan banyak mata uang utama dan memacu arus keluar modal dari negara-negara berkembang.
"Efek limpahan dari kenaikan suku bunga The Fed memicu banyak masalah yang mengakar dalam sistem ekonomi dan keuangan global," jelas Sheng.
Dia menjelaskan, status dolar AS yang dominan membuat banyak bank sentral terpaksa menaikkan suku bunga mengikuti The Fed. Bahkan jika kegiatan ekonomi di negara-negara tersebut berada di bawah tekanan atau inflasi domestik mereka tetap lemah.
Sikap hawkish The Fed dan lonjakan dolar telah mengguncang pasar keuangan global karena risiko resesi dunia meningkat.
Sheng berkomentar, menggarisbawahi kekhawatiran yang meningkat di Beijing tentang efek limpahan pada ekonomi China, PBOC mempertahankan kebijakan moneter yang relatif longgar untuk mendorong pertumbuhan yang melambat.
Baca Juga
"Kebijakan The Fed saat ini merugikan orang lain tanpa menguntungkan dirinya sendiri, karena kenaikan suku bunga tidak efektif dalam menjinakkan inflasi Amerika Serikat (AS) melainkan meningkatkan risiko resesi," lanjutnya.
Dia mengatakan The Fed harus mempercepat penyusutan neraca pada saat yang sama dengan menaikkan suku bunga, yang dapat mencapai efek yang lebih baik dalam menahan inflasi dan mengurangi risiko resesi.
Selain itu, faktor yang mendukung lingkungan inflasi rendah di seluruh dunia di masa lalu seperti globalisasi berkurang, sementara pandemi dan perubahan iklim telah menyebabkan biaya operasi yang lebih tinggi bagi perusahaan, menurut Sheng
Kenaikan suku bunga yang besar secara berturut-turut memperburuk beban perusahaan yang perlu meminjam,
Seperti diketahui, Yuan anjlok menuju 7,2 per dolar AS, level yang belum pernah dicapai sejak 2008, PBOC meningkatkan pertahanannya terhadap mata uang dalam beberapa pekan terakhir.