Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan potensi modal asing kabur atau capital outflow dari pasar negara berkembang seiring masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global pada September 2022.
Dia menyampaikan perkembangan ini terjadi seiring dengan data PMI manufaktur (purchasing manager index) di sejumlah negara yang mengalami pelemahan, meningkatnya krisis energi di Eropa, serta langkah Federal Reserve (The Fed) yang masih hawkish.
Sebagaimana diketahui, The Fed kembali menaikkan suku bunga secara agresif sebesar 75 basis poin pada September ini guna merespons inflasi yang masih tinggi pada level 8,3 persen, meski turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya.
Sri Mulyani mengataka indeks saham global yang sempat pulih pun kembali terkoreksi pada September 2022. Demikian juga dengan dolar indeks (DXY) yang mengalami penguatan hingga ke level 110. Ini artinya, mata uang negara Emerging Markets mengalami depresiasi.
“Ini menggambarkan ketidakpastian dan anxiety telah direspons, termasuk dengan terjadinya capital outflow dari negara emerging markets [negara berkembang],” katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (26/9/2022).
Menurutnya, tekanan yang memicu keluarnya aliran modal asing masih dialami oleh sejumlah negara emerging markets, termasuk Indonesia.
Baca Juga
Dia mengatakan modal asing kabur dari Afrika Selatan, Brazil, bahkan China. Dia meminta semua pihak mewaspadai situasi ketidakpastian di pasar keuangan global.
"Ini yang tentu akan menimbulkan tekanan terhadap sektor keuangan dan bisa berimbas ke sektor riil,” kata dia.
Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing (net outflow) tercatat keluar dari pasar keuangan Indonesia sebesar Rp3,53 triliun pada minggu keempat September 2022.
Jumlah tersebut terdiri dari jual neto Rp3,8 triliun di pasar SBN (surat berharga negara) dan beli neto Rp0,27 triliun di pasar saham.
Lebih lanjut, BI mencatat aliran modal asing yang keluar dari pasar SBN mencapai Rp141,14 triliun sejak awal tahun hingga 22 September 2022 (ytd). Sementara itu, pada periode yang sama aliran modal asing tercatat masuk ke pasar saham sebesar Rp72,78 triliun.
Sejalan dengan itu, premi risiko investasi (credit default swap) CDS Indonesia 5 tahun naik ke 137,05 bps per 22 September 2022. Premi CDS melonjak dari pekan lalu yang tercatat 104,23 bps per 15 September 2022. BI mencatat Yield SBN 10 tahun naik ke level 7,26 persen.