Bisnis.com, JAKARTA- Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 75 basis poin (bps) dalam satu bulan terakhir yang kini sebesar 4,25 persen dinilai memberatkan laju sektor properti di tengah pemulihan industri.
Namun, Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti (PSPI) Panangian Simanungkalit optimis suku bunga acuan Bank Indonesia tahun ini tidak akan mengalami kenaikan lebih besar. Artinya, lonjakan BI7DRRR sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen dinilai kenaikan terakhir pada 2022.
"Kenaikan BI rate tahun ini sudah mencapai 75 basis poin. Artinya tidak akan ada kenaikan lagi di tahun ini," katanya saat dihubungi, Selasa (27/9/2022).
Menurutnya, kenaikan BI rate 75 bps, tidak akan terlalu berdampak pada penjualan rumah karena perbankan dan pengembang akan bekerjasama untuk memberi kompensasi seiring kenaikan BI rate.
Maka penjualan rumah yang baru saja mulai pulih akan terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Sebab, bisnis KPR merupakan salah satu bisnis yang paling menguntungkan bagi Bank.
"Begitu pula penjualan rumah adalah bisnis utama pengembang. Jadi Bank akan bekerja sama membuat promosi untuk menanggung kenaikan suku bunga," jelasnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, pengamat properti itu memperkirakan inflasi akan kembali normal seperti di tahun 2021. Dengan demikian, kenaikan suku bunga BI tidak akan setinggi seperti tahun ini.
Panangian menilai, kalaupun terjadi kenaikan untuk menahan laju infasi, kemugkinan hanya akan menyentuk angka paling tinggi 25 bps. Hal itupun disebutnya akan terjadi di di semeser kedua tahun depan.
"Jadi sama sekali tidak akan menganggu penjualan rumah di tahun depan," tegasnya.
Di sisi lain, dia pun memproyeksi perekonomian Indonesia tahun depan akan tetap tumbuh mendekati 5 persen, sedikit dibawah tahun ini yang diperkirakan mencapai 5,4 persen. Maka, ancaman resesi di tanah air tidak akan terjadi meskipun Amerika dan Eropa mengalami resesi.
Meski dampaknya akan terasa perlahan, pemerintah dinilai tetap perlu memberi langkah, dalam hal ini yaitu memperpanjang insentif PPN DTP yang akan segera berakhir di September ini.
"Selain untuk meringankan beban konsumen dalam membeli rumah, ini sekaligus untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi seperti saat ini," ungkapnya.
Di samping itu, dia mengimbau konsumen pencari properti untuk membeli properti hunian saat ini. Pasalnya, harga rumah masih berada di titik terendah.
"Artinya situasi saat ini sedang berpihak pada konsumen. Pertama, Bank tidak akan serta merta menaikkan suku bunga KPR yang berakibat pada penurunan permintaan KPR yang baru saja mulai bangkit," tandasnya.
Menurutnya, para pengembang tidak akan berani menaikkan harga rumah yang berakibat pada penurunan penjualan. Kondisi inilah yang disebut sebagai buyers market.