Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biaya MRT Fase 2A Bengkak Jadi Rp25,3 Triliun, JICA Belum Evaluasi

JICA disebut belum melakukan evaluasi terkait dengan pendanaan biaya MRT Fase 2A yang bengkak menjadi Rp25,3 triliun.
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2A di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (6/6/2021)./Antara
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2A di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (6/6/2021)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – PT MRT Jakarta menyebut pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) belum mengakomodir biaya proyek Fase 2A yang bengkak hingga Rp25,3 triliun.

Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim menjelaskan pihak Jepang tidak serta merta menyetujui nilai potensi pembengkakan biaya tersebut karena memiliki prosedur yang bertahap. Dari perhitungan biaya proyek semula senilai Rp22,5 triliun yang sudah ditandatangani adalah pinjaman dengan sekitar Rp8 triliun.

Selanjutnya, pada tahap dua, pihaknya dan JICA baru menyelesaikan evaluasi dan menyepakati untuk pendanaan senilai sekitar Rp10 triliun.

“Jadi saat ini belum ada tanda tangan [JICA] soal pembengkakan biaya ini. Kami akan lihat sesuai kebutuhan dan kemungkinan pada saat mereka datang evaluasi tahap tiga untuk mengetahui apakah memang benar tambahan biayanya segitu [Rp25,3 triliun],” ujarnya, Selasa (20/9/2022).

Pihak JICA, sebutnya, baru akan mengevaluasi kembali pendanaan pada 2024 setelah melakukan staging loan tahap 2 pada November 2022. Pada tahap tersebut, barulah akan diketahui secara pasti jumlah pendanaan termasuk pembengkakan biaya yang harus diakomodir.

Terkait dengan pendanaan alternatif di luar JICA, Silvi menyebut ada kemungkinan untuk melakukan hal tersebut tetapi mengingat kompleksitasnya, maka opsi tersebut hanya merupakan opsi terakhir.

PT MRT Jakarta membeberkan alasan penyebab bengkaknya biaya pembangunan Fase 2A dari semula Rp22,6 triliun menjadi Rp25,3 triliun, salah satunya akibat krisis cip semikonduktor.

Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta Silvia Halim membenarkan adanya penambahan biaya tersebut akibat sejumlah alasan. Pertama estimasi biaya senilai Rp22,6 triliun dilakukan pada 2018 yang kala itu dalam tahap perencanaan jalur Bundaran HI hingga Kampung Badan.

Namun, saat ini, dengan estimasi senilai Rp25,3 trilun adalah yang terbaru dengan mengantisipasi perpindahan jalur dan paket kontrak 201 hingga CP203 sudah terkontrak hingga eskalasi harga pada 2025. Penghitungan terbaru ini juga sudah termasuk biaya kontingensi sebesar 10 persen.

Kedua, lanjutnya, sejak 2018 hingga kini juga telah terjadi kenaikan harga material hingga sebesar 50 persen. Dengan demikian, ada persoalan terkait dengan rantai pasok dan juga krisis semikonduktor atau cip yang cukup tinggi. Pasalnya, pembangunan MRT Jakarta membutuhkan teknologi tinggi dan otomatisasi dengan bahan yang memerlukan cip.

"Jadi kalau ada masalah semikonduktor ini kita berimbas ke pembiayaan dan waktu. Krisis ini bukan hanya mahal tetapi bikin cipnya butuh waktu lama semua rebutan dapet produk material ini berpengaruh," ujarnya, Selasa (20/9/2022).

Kendati ada pembengkakan biaya menjadi Rp25,3 triliun, angka ini barulah estimasi. Perseroan sedang mengupayakan manajemen, efisiensi, dan percepatan untuk kembali melihat harga akhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper