Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Nikel Makin Berkilau Hingga Rusia Bangun Pipa Gas ke China

Lima berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Senin (19/9/2022) nikel makin berkilau hingga rusia bangun pipa gas ke china
Foto udara pabrik pengolahan nikel milik PT Aneka Tambang Tbk. di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (24/8/2020). ANTARA FOTO/Jojon
Foto udara pabrik pengolahan nikel milik PT Aneka Tambang Tbk. di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (24/8/2020). ANTARA FOTO/Jojon

JAKARTA — Langkah pemerintah memperluas penghiliran komoditas nikel mulai berbuah manis. Kendati mendapat penolakan dari Uni Eropa, kebijakan ini nyatanya memberikan peningkatan nilai ekspor cukup signifikan dari logam ini.

Sejak pertama kali menyetop ekspor nikel ore atau bijih nikel, pro kontra seketika muncul. Sektor hulu mengkhawatirkan penurunan angka permintaan. Sementara Uni Eropa langsung menggugat langkah RI ke organisasi perdagangan dunia (WTO).

Di tengah upaya gugatan itu, pemerintah terus memacu perkembangan industri hilir nikel. Tujuannya sederhana, nikel ore dapat diserap oleh industri dalam negeri untuk diolah menjadi produk -minimal- setengah jadi. Barulah kemudian diekspor ke pasar dunia.

 

Berita tentang nikel menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini, Senin (19/9/2022). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id

Berikut ini highlight BisnisIndonesia.id:

 

  1. Asia Jadi Primadona IPO Global Tahun 2022

Kawasan Asia sedang menjadi primadona dengan statusnya sebagai pusat initial public offering (IPO) pada tahun ini, meski gelombang pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat yang membuat pasar saham kian bergejolak.

Sepinya pencatatan saham perdana pada masa libur musim panas sudah menjadi langganan bagi pasar saham global. Bahkan, IPO diperkirakan menurun hingga dua per tiga pada tahun ini.

Namun, hal itu tidak terjadi di Asia. Kawasan ini berhasil menyabet 68 persen atau sekitar US$104 miliar dari total aksi IPO global senilai US$153 miliar pada sepanjang tahun berjalan 2022, seperti dilaporkan surat kabar Bisnis Indonesia pada Senin (19/9/2022).

AS justru hanya 14 persen, turun signifikan daripada capaian tahun lalu yang lebih dari 50 persen senilai US$657 miliar.

 

  1. Neraca Perdagangan Menguat, Pertumbuhan 2022 Bisa Terdongkrak

Target pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan dapat tercapai bahkan terlampaui. Optimisme it disampaikan pemerintah dengan melihat kinerja ekspor Indonesia serta faktor lain yang terjadi di dalam negeri.  Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 akan sesuai atau bahkan melebihi target pemerintah pada level 5,2 persen. 

Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu perkiraan tersebut salah satunya didasarkan pada tingginya nilai ekspor Indonesia yang kembali mencatatkan kinerja positif.

Selain itu, konsumsi masyarakat diharapkan akan terus menguat seiring makin terkendalinya pandemi Covid-19. Pengeluaran pemerintah juga meningkat di tengah penyaluran berbagai program seperti bantuan sosial. Hal itu membuat Febrio optimistis pertumbuhan ekonomi dapat mencapai target yang ditetapkan pemerintah.

Pada Agustus 2022 kinerja ekspor tercatat mencapai US$27,91 miliar. Angka tersebut tumbuh 30,15 persen (year-on-year/yoy). Ekspor pada Agustus 2022 merupakan yang tertinggi sepanjang masa. Secara kumulatif, nilai ekspor dan neraca perdagangan Januari-Agustus 2022 masing-masing US$194,6 miliar dan US$34,9 miliar. Keduanya merupakan rekor tertinggi dalam sejarah ekonomi Indonesia.

 

  1. Nikel RI Makin Berkilau di Tengah Gugatan Uni Eropa ke WTO

Langkah pemerintah menyetop ekspor bijih nikel bukan tanpa hambatan. Tidak lama setelah menghentikan ekspor nikel ore, Uni Eropa langsung menggugat Indonesia ke WTO. Namun, Presiden Jokowi ini malah berhasil menaikkan daya saing RI untuk komoditas nikel.

Saat nikel masih diizinkan ekspor dalam bentuk bahan mentah tujuh tahun lalu hanya menghasilkan US$1 miliar atau sekitar Rp14 triliun - Rp15 triliun. Dari data ini jelas bahwa Indonesia akan pasang badan bila kalah di organisasi perdagangan dunia tersebut.

Direktur Jenderal Perundingan Perjanjian Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan Indonesia berencana mengajukan banding jika kalah dalam gugatan Uni Eropa di WTO.

Dia mengungkapkan bukan masalah kalah atau menang dalam persidangan WTO. Namun, yang terpenting adalah seberapa jauh Indonesia dapat konsisten dengan keputusannya.

 

  1. Inovasi Mobil Masa Depan Cegat Sampah Plastik Masuk Lautan

Sampah plastik merupakan 80% dari semua pencemaran laut dan sekitar 8-10 juta metrik ton plastik berakhir di lautan setiap tahun. Sejumlah pabrikan mobil mengambil inisiatif untuk mencegat dengan mobil masa depannya.

International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebut, lebih dari 300 juta ton plastik diproduksi setiap tahun untuk digunakan dalam berbagai aplikasi, dan setidaknya 14 juta ton plastik berakhir di lautan setiap tahun.

"Plastik merupakan 80% dari semua sampah laut yang ditemukan dari perairan permukaan hingga sedimen laut dalam," seperti dikutip dari laman IUCN, Minggu (18/9/2022).

Spesies laut menelan atau terjerat oleh sampah plastik, yang menyebabkan cedera parah dan kematian. Polusi plastik mengancam keamanan dan kualitas pangan, kesehatan manusia, pariwisata pesisir, dan berkontribusi terhadap perubahan iklim.

 

  1. Rusia Bangun Pipa Gas Raksasa ke China untuk Tinggalkan Eropa

Rusia bergegas mempersiapkan infrastruktur aliran gas langsung ke China melalui pipa yang melewati Mongolia, sejalan dengan upaya untuk mengalihkan pasarnya dari Eropa.

Proyek pipa gas Power of Siberia 2 disebut-sebut akan menggantikan sumber pendapatan bagi Rusia setelah penutupan bertahap Nord Stream pada September akibat perselisihan geopolitik antara Rusia dan Uni Eropa.

Dengan kapasitas pengiriman hingga 50 miliar kubik meter, kapasitas Power of Siberia 2 hampir sama dengan Nord Stream 1 sebesar 55 miliar meter kubik.

Sistem aliran melalui pipa baru ini akan mempertemukan transportasi gas dari timur dan barat Rusia. Aliran pipa ini akan melalui Mongolia dan menyediakan gas ke sejumlah wilayah Rusia.

Kremlin meyakini Power of Siberia 2 bisa menggantikan Nord Stream yang mengalirkan gas hingga Jerman di bawah Laut Baltik. Hal itu seperti yang disampaikan oleh Deputi Perdana Menteri Rusia Alexander Novak saat wawancara dengan saluran televisi milik negara, Rossiya-1 TV pada Kamis.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper