Bisnis.com, JAKARTA - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 akan sesuai atau bahkan melebihi target pemerintah pada level 5,2 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyampaikan, perkiraan tersebut salah satunya datang dari tingginya nilai ekspor Indonesia yang kembali mencatatkan kinerja positif sebesar US$27,91 miliar pada Agustus 2022, atau tumbuh sebesar 30,15 persen (year-on-year/yoy).
Ekspor pada Agustus 2022 tercatat sebagai ekspor tertinggi sepanjang masa. Secara kumulatif, nilai ekspor dan neraca perdagangan Januari-Agustus 2022 masing-masing sebesar US$194,6 miliar dan US$34,9 miliar. Keduanya merupakan rekor tertinggi dalam sejarah ekonomi Indonesia.
Selain itu, konsumsi masyarakat yang diharapkan akan terus menguat seiring makin terkendalinya pandemi Covid-19, serta pengeluaran pemerintah yang juga meningkat di tengah penyaluran berbagai program seperti bantuan sosial, membuatnya optimistis pertumbuhan ekonomi dapat mencapai target yang ditetapkan pemerintah.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 diperkirakan akan sesuai atau bahkan melebihi target Pemerintah,” kata Febrio dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (18/9/2022).
Kontribusi APBN sebagai shock absorber salah satunya melalui kebijakan subsidi dan kompensasi energi turut menjaga pemulihan ekonomi secara keseluruhan.
Baca Juga
Perlu diketahui, peningkatan ekspor Indonesia pada Agustus 2022 didorong oleh ekspor migas yang masih tumbuh sangat tinggi mencapai 64,46 persen yoy. Sementara itu, impor Indonesia masih mencatatkan kinerja positif mencapai US$22,15 miliar dengan pertumbuhan 32,81 persen yoy.
Dengan menguatnya komponen ekspor dan impor, Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan yang mencapai US$5,76 miliar, sehingga secara kumulatif surplus sejak Januari hingga Agustus 2022 mencapai US$34,92 miliar.
Oleh karena itu, pemerintah akan terus menggunakan APBN untuk menopang kinerja ekspor dalam konteks memperkuat pemulihan ekonomi pascapandemi.
“Salah satu kebijakan yang diharapkan dapat mendorong adalah kebijakan penerimaan negara yang diarahkan mengurangi beban eksportir produk Sawit dan turunannya,” ujarnya.