Bisnis.com, JAKARTA - Produsen produk makanan dan minuman (mamin), PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) melakukan kalkulasi biaya sebelum membahas penaikan harga dengan toko ritel seperti Alfamart dan Indomaret merespons harga BBM naik.
Perseroan mengatakan perusahaan harus terlebih dulu melakukan kalkulasi biaya dari berbagai macam komponen sebelum kemudian bisa menentukan langkah terkait dengan harga produk.
"Kami mesti hitung dulu. Sebab, masalah harga produk tidak hanya menyoal kenaikan harga BBM. Dengan toko ritel seperti Alfamart, Indomaret, dan Carrefour pun belum ada pembahasan," ujar pihak perseroan kepada Bisnis.com, Kamis (15/9/2022).
Namun demikian, sambungnya, emiten berkode saham MYOR tersebut belum memiliki rencana ataupun perkiraan untuk menaikkan harga produk karena mempertimbangkan sejumlah faktor.
Beberapa di antaranya adalah penurunan harga komoditas dunia dan harga minyak mentah yang dinilai tidak menutup kemungkinan akan diikuti dengan turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) di Tanah Air.
"Mayora belum menaikkan harga. Kami masih menunggu hingga Oktober [2022]," ujarnya.
Baca Juga
Sepanjang September-Oktober tahun ini, perseroan akan terlebih dahulu melihat dampak kenaikan harga BBM terhadap daya beli masyarakat.
Di sisi peritel, PT Indomarco Prismatama, pengelola jaringan ritel Indomaret, sebelumnya telah mengamati ada potensi peningkatan harga produk bervariasi di kisaran 2 - 5 persen menyusul naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
CRM Executive Director Indomaret Gondo Sudjoni mengatakan potensi perubahan harga tersebut terkait dengan naiknya harga BBM yang akan memicu kenaikan biaya rantai pasok di dalam negeri.
"Naiknya akan memicu kenaikan biaya rantai pasok dalam negeri. Sejauh ini perubahan terjadi bila ada kenaikan harga dari pemasok atau produsen. Dari pengamatan perusahaan, perubahan harga bervariasi antara 2 - 5 persen, tergantung departemen produknya," kata Gondo kepada Bisnis.com.