Bisnis.com, JAKARTA -- PT Indomarco Prismatama, pengelola jaringan ritel Indomaret, mengamati ada potensi peningkatan harga produk bervariasi di kisaran 2 - 5 persen menyusul naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi, yaitu Pertalite dan Solar
CRM Executive Director Indomaret Gondo Sudjoni mengatakan potensi perubahan harga tersebut terkait dengan naiknya harga BBM yang akan memicu kenaikan biaya rantai pasok di dalam negeri.
"Naiknya akan memicu kenaikan biaya rantai pasok dalam negeri. Sejauh ini perubahan terjadi bila ada kenaikan harga dari pemasok atau produsen. Dari pengamatan perusahaan, perubahan harga bervariasi antara 2 - 5 persen, tergantung departemen produknya," kata Gondo kepada Bisnis, Selasa (13/9/2022).
Sebab, sambungnya, mulai dari pola suplai, produksi, sampai dengan distribusi memiliki keterkaitan yang sangat erat sehingga dampak kenaikan harga BBM terhadap salah satu komponen pasti memengaruhi komponen lain.
Sebagaimana kita ketahui bersama pola suplai, produksi dan distribusi memiliki kaitan yang sangat erat. Perubahan pada salah satu komponen di dalam mata rantainya akan memberi pengaruh kepada proses yang lain.
Pada perkembangan lain, emiten pengelola jaringan ritel Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), masih meminta data perubahan harga produk kepada produsen seiring dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
Baca Juga
Corporate Affairs Director Alfamart Solihin mengatakan data tersebut secara garis besar terkait dengan tanggal kenaikan harga produk, persentase kenaikan, dan beberapa penyesuaian lainnya.
"Alfamart lagi minta data ke produsen. Produsen bisa jadi sedang wait and see juga karena masih harus melihat peluang bisnis dengan kompetitor [dalam menaikkan harga]," kata Solihin kepada Bisnis.
Dia menjelaskan, biasanya, terdapat 2 kemungkinan dalam hal penyesuaian harga oleh produsen yang memasok produk-produknya ke perusahaan ritel seperti Alfamart.
Pertama, sebagai contoh, produsen menaikkan harga produknya di Alfamart pada 15 Oktober 2022, tetapi masih menjual barang kepada peritel dengan harga lama untuk pembelian terakhir. Dengan catatan, jumlah pembelian tidak melebihi batas rerata yang ditentukan.
Kedua, terdapat juga kemungkinan produsen memberitahukan peritel bahwa kenaikan harga bakal dilakukan, tetapi sudah menjual produk-produknya dengan nilai yang sudah disesuaikan.
Sebagai informasi, sebelumnya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) juga sudah menanyakan perihal penyesuaian harga produk kepada Alfamart terkait dengan kenaikan harga BBM.
Sekadar informasi, Alfamart saat ini memiliki lebih dari 300 unit produsen yang memasok produk-produk kepada emiten berkode saham AMRT tersebut.
Pertimbangan Produsen
Lebih jauh, Solihin menjelaskan asosiasi produsen produk makanan dan minuman (mamin) seperti Gabungan Pengusaha Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memiliki sejumlah pertimbangan dalam menyesuaikan harga produk.
"Gapmmi sebagai gabungan produsen memperhitungkan komponen yang berdampak terhadap harga jual terhadap peritel, seperti transportasi dan produksi yang menggunakan bahan bakar," jelasnya.
Sebelumnya Ketua Umum GAPMMI Adhi Lukman mengatakan ongkos produksi produk mamin berpotensi naik di kisaran 1-2 persen akibat kenaikan harga BBM.
Sebagaimana diketahui, harga bahan bakar solar sendiri mengalami kenaikan sekitar 24 persen dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter sejak pemerintah menaikkan harga pada akhir pekan lalu.
Adhi juga menjelaskan ingkos logistik di industri mamin saat ini memiliki kontribusi rata-rata sekitar 6 persen terhadap keseluruhan biaya produksi.
Di industri tersebut, sambungnya, BBM berkontribusi terhadap sekitar 50 persen dari keseluruhan ongkos logistik. Sisanya, dikeluarkan untuk biaya supir tol dan lain-lain.