Bisnis.com, SURABAYA – Anak subholding PT Pelindo (Persero), PT Terminal Teluk Lamong mengungkap potensi pengembangan industri di kawasan pelabuhan tersebut. Beberapa industri yang potensial dibangun di sana yakni industri pengalengan dan pengepakan.
Direktur Utama PT Terminal Teluk Lamong Faruq Hidayat mengatakan bahwa akan banyak industri yang tumbuh di kawasan tersebut. Pelabuhan yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2015 itu dibangun di atas area seluas 326 hektare (ha), dengan kawasan pelabuhan dan kawasan industri terintegrasi.
Saat ini, industri yang telah beroperasi di kawasan tersebut baru pengepakan untuk curah kering. Sementara itu, kawasan industri di Teluk Lamong justru lebih luas dari pelabuhan sehingga potensi untuk mengembangkan industri dinilai besar.
"Seharusnya memang akan banyak industri yang akan tumbuh di situ walaupun paling hanya industri ringan dan bersih. Jadi semacam pengalengan dan pengepakan," jelas Faruq kepada Tim Jelajah Pelabuhan Bisnis Indonesia, Jumat (9/9/2022).
Terkait dengan potensi pembangunan industri berat di Teluk Lamong, Faruq menyebut analisis dampak lingkungan akan menjadi faktor yang paling menentukan.
"Menurut kami prinsipnya industri apapun bisa di sini yang penting pengolahan limbahnya yang proper ke depan. Agar bisa mendukung Teluk Lamong menjadi green port," terang Faruq.
Baca Juga
Saat ini, total luas area yang disiapkan untuk industri di Teluk Lamong yakni 246 ha, sedangkan terminal hanya 140 ha.
Pada sisi produktivitas, Terminal Teluk Lamong saat ini sudah melayani arus petikemas sebesar 800.000 twenty-foot equivalent per units (TEUs), dan 3 juta ton curah dalam satu tahun.
Anak Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) itu juga telah melayani bongkar muat petikemas dengan kecepatan 56 box ship per hour (BSH). Ke depan, kecepatan tersebut ditargetkan meningkat menjadi 60 box ship per hour.