Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja penjualan eceran pada Agustus 2022 diperkirakan tumbuh sebesar 5,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,2 persen yoy.
Peningkatan terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 7,6 persen yoy, dari bulan sebelumnya 6,2 persen yoy.
Perlambatan terbesar diperkirakan terjadi pada kelompok suku cadang dan aksesori, dari Juli 2022 yang tumbuh 33,4 persen yoy menjadi 6,3 persen pada Agustus 2022.
Di samping itu, dua kelompok barang mencatatkan kontraksi yang lebih dalam pada Agustus 2022, yaitu peralatan informasi dan komunikasi, serta perlengkapan rumah tangga lainnya, yang masing-masingnya diperkirakan -26,3 persen yoy dan -7,3 persen yoy, dari bulan sebelumnya -19,2 persen yoy dan -3,8 persen yoy.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa perkiraan penjualan eceran pada Agustus 2022 tersebut tidak terlepas dari laju inflasi yang telah meningkat tinggi pada periode tersebut.
Hal ini mengindikasikan masyarakat secara umum mulai fokus melakukan spending untuk barang-barang kebutuhan primer, tercermin dari penjualan kelompok makanan minuman serta bahan bakar kendaraan bermotor yang masih tinggi.
Baca Juga
Di sisi lain, barang-barang sekunder, yaitu peralatan informasi dan komunikasi, serta barang budaya dan rekreasi justru mengalami kontraksi pertumbuhan.
“Padahal kita tahu bahwa di bulan Agustus faktor dari kenaikan harga BBM Pertalite belum terjadi,” katanya kepada Bisnis, Jumat (9/9/2022).
Sebagai gambaran, tingkat inflasi pada Agustus 2022 tercatat tinggi sebesar 4,69 persen secara tahunan, meski melambat dibandingkan inflasi pada Juli 2022 yang mencapai 4,94 persen.
Berdasarkan komponennya, inflasi harga barang bergejolak (volatile food) tercatat sebesar 8,93 persen secara tahunan. Secara bulanan, komponen ini mencatatkan deflasi sebesar 2,90 persen dengan penyumbang utama yaitu deflasi pada cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah.
Inflasi pada harga yang diatur pemerintah (administered prices) tercatat meningkat menjadi 6,84 persen yoy, dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 6,51 persen yoy.
Secara bulanan, inflasi komponen ini tercatat sebesar 0,33 persen, dipicu oleh inflasi bahan bakar rumah tangga dan tarif listrik, sementara tarif angkutan udara mengalami deflasi.
Lebih lanjut, inflasi pada komponen inti juga meningkat sebesar 3,04 persen secara tahunan, dari bulan sebelumnya 2,86 persen yoy. Secara bulanan, inflasi inti Agustus 2022 sebesar 0,38 persen, didorong oleh inflasi kelompok pendidikan dan kontrak/sewa rumah.
Sejalan dengan itu, perlambatan penjualan eceran Agustus 2022 juga terefleksi oleh Indeks Keyakinan Konsumen yang cenderung melambat di beberapa kelompok pengeluaran.
IKK pada kelompok pengeluaran Rp1 juta hingga Rp2 juta tercatat menurun pada Juli dan Agustus 2022, yang masing-masingnya menjadi sebesar 118,1 dan 114,4, dari posisi Juni sebesar 120,1.
Yusuf mengatakan, penurunan tersebut perlu menjadi perhatian. Pasalnya, dengan potensi kenaikan inflasi akibat kebijakan, seperti kenaikan harga BBM akan menekan daya beli kelompok masyarakat bawah.
Di samping itu, kenaikan harga BBM dan potensi kenaikan inflasi tersebut menurutnya pun akan berpotensi mempengaruhi harga penjualan eceran pada sisa tahun ini.
“Namun seberapa besarnya, akan dipengaruhi dari bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Tentu idealnya bantuan yang diberikan mengikuti perkembangan dari inflasi itu sendiri,” kata Yusuf.