Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Neraca Perdagangan Korsel Bengkak Jadi US$9,5 Miliar, Terbesar dalam 22 Tahun

Difisit ini dipicu oleh impor yang melonjak 28,2 persen pada Agustus 2022, jauh melampaui ekspor yang naik 6,6 persen.
Warga menunggu dalam barisan untuk tes Covid-19 di lokasi tes yang sementara dibangun di sebuah stasiun kereta di Seoul, Korea Selatan, Rabu (7/7/2021)./Antara
Warga menunggu dalam barisan untuk tes Covid-19 di lokasi tes yang sementara dibangun di sebuah stasiun kereta di Seoul, Korea Selatan, Rabu (7/7/2021)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Korea Selatan mencatat defisit neraca perdagangan pada Agustus 2022 menyusul pelemahan nilai tukar won dan tingginya harga energi yang membuat biaya impor bengkak.

Dilansir Bloomberg pada Kamis (1/9/2022), Kementerian Perdagangan Korea Selatan mengatakan defisit neraca perdagangan naik nyaris dua kali lipat menjadi US$9,5 miliar, terbesar sejak tahun 2000.

Kementerian mencatat kenaikan ekspor mencapai 6,6 persen, melampaui proyeksi ekonom dalam survei Bloomberg. Namun, kenaikan ini jauh di bawah impor yang melonjak 28,2 persen.

Pengiriman semikonduktor, pendorong terbesar pendapatan Korea Selatan, turun 7,8 persen bulan lalu. Ini adalah penurunan pertama dalam lebih dari dua tahun, saat ekonomi global menanggung beban pandemi.

Korea menuju defisit neraca perdagangan tahunan pertama sejak 2008 karena kenaikan harga energi dan komoditas menaikkan biaya impor, didorong oleh perang berkelanjutan Rusia di Ukraina. Permintaan global juga berisiko goyah karena bank sentral menaikkan suku bunga untuk mencoba mengendalikan inflasi.

Ekonom KB Securities Hik Hyo-jin memperkirakan defisit neraca perdagangan berlangsung setidaknya hingga awal tahun depan. Hal ini mengingat impor tidak mungkin turun sebanyak ekspor.

“Kuncinya adalah harga energi, apakah itu minyak atau gas alam. Ada begitu banyak ketidakpastian di sekitarnya,” kata Hyo-jin seperti dikutip Bloomberg, Kamis (1/9/2022).

Gangguan rantai pasokan, yang sebagian diperburuk oleh lockdown Covid-19 di China, juga berkontribusi pada tekanan inflasi. Serangkaian kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve untuk mengendalikan inflasi AS telah membebani mata uang lain, termasuk won, sehingga membuat barang impor lebih mahal.

Won melemah sebanyak 0,76 persen menyusul rilis data neraca perdagangan. Saham Samsung Electronics Co., produsen chip memori terbesar di dunia, turun sebanyak 2,2 persen di indeks Kospi.

Kinerja perdagangan Korea dipandang sebagai barometer penting dari permintaan internasional karena negara tersebut memproduksi barang-barang utama seperti semikonduktor, layar LED, dan minyak sulingan untuk pasar ekspor global.

Pertumbuhan ekspor yang tangguh telah menjadi faktor utama yang menopang kepercayaan Bank of Korea dalam menaikkan suku bunga. Gubernur BOK Rhee Chang-yong bergabung dengan kepala bank sentral global di Jackson Hole selama akhir pekan dalam menegaskan kembali kesediaan untuk terus mengetatkan kebijakan moneter sampai inflasi mereda.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper