Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: PHK Bisa Terjadi di Perusahaan Manufaktur Jika Harga BBM Naik

Penaikan harga BBM bisa memicu pengurangan jumlah karyawan oleh perusahaan di sektor manufaktur.
Ekonom: PHK Bisa Terjadi di Perusahaan Manufaktur Jika Harga BBM Naik/knittingindustry.com
Ekonom: PHK Bisa Terjadi di Perusahaan Manufaktur Jika Harga BBM Naik/knittingindustry.com

Bisnis.com, JAKARTA - Penaikan harga BBM bisa memicu pengurangan jumlah karyawan atau PHK oleh perusahaan di sektor manufaktur. 

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan bahwa pengurangan jumlah tenaga kerja merupakan langkah yang sangat mungkin dilakukan di industri manufaktur demi efisiensi proses produksi.

Sebab, sambungnya, pelaku industri di sektor tersebut tidak punya banyak pilihan. Bahkan, kata Faisal, insentif dari pemerintah pun dinilai tidak akan memberikan efek signifikan kepada kinerja manufaktur.

"Sehingga, dari sisi industri mereka akan melakukan efisiensi termasuk mengurangi jumlah karyawan," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (1/9/2022).

Faisal menjelaskan terdapat dua faktor yang menekan kinerja manufaktur jika harga BBM naik.

Pertama, katanya, permintaan domestik yang berpotensi turun seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat. Terutama, permintaan terhadap kebutuhan dasar seperti produk-produk kesehatan, makanan dan minuman (mamin), dan termasuk produk tekstil.

Kedua, kenaikan harga BBM dinilai bakal menambah beban industri manufaktur yang dipastikan berhadapan dengan persoalan naiknya ongkos produksi, baik karena penggunaan BBM untuk operasi mesin maupun transportasi dan logistik.

Dampak kenaikan harga BBM terhadap tenaga kerja tersebut diramal akan tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang berpotensi terkontraksi dalam beberapa bulan kedepan.

Faisal memperkirakan kemungkinan kontraksi di PMI manufaktur Indonesia bisa menyentuh level 49 pada Oktober hingga akhir 2022 jika kenaikan BBM yang disinyalir sebesar 30 persen terealisasi.

"PMI manufaktur bisa terkontraksi sampai ke level 49. Tapi tidak langsung pada September, melainkan bulan-bulan setelahnya," kata Faisal.

Dengan asumsi kenaikan BBM di atas, sambungnya, sinyal awal pelemahan kinerja manufaktur nasional akan mulai terlihat pada September mendatang, meskipun PMI manufaktur masih berada di angka 50.

Kendati demikian, pemerintah tetap optimistis kinerja manufaktur nasional bakal terus menguat ke depannya dan menyiapkan strategi yang dinilai dapat mendukung penguatan.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa pemerintah bakal terus memacu konsumsi domestik dengan memastikan serapan produk industri dalam negeri.

Salah satu strategi yang diterapkan adalah melalui optimalisasi belanja pemerintah melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

"Saya berpesan kepada para pelaku industri untuk terus meningkatkan kapasitas dan utilisasinya, membuat penyesuaian, dan memastikan perusahaan mengambil manfaat dari kebijakan ini," ujar Agus.

Senada, Ekonom S&P Global Market Intelligence Laura Denman mengatakan pertumbuhan yang lebih jelas di sisi output dan pemintaan baru menunjukkan kesehatan ekonomi di masa mendatang.

Tekanan harga akibat inflasi juga diharapkan terus berkurang karena dampak Covid-19 yang terus menurun. Namun begitu, kepercayaan bisnis secara keseluruhan menurun dari posisi bulan Juli 2022.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper