Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan rencana kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dapat memicu peningkatan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Perry memperkirakan tingkat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada keseluruhan 2022 dapat mencapai level 5,24 persen. Sejalan dengan itu, dia mengatakan tingkat inflasi pada komponen inti yang sebelumnya diperkirakan akan tetap terkendali dalam sasaran 2 hingga 4 persen, diperkirakan akan mencapai level 4,15 persen pada akhir 2022.
“Inflasi inti pada akhir tahun ini bisa sedikit lebih tinggi dari 4 persen, sekitar 4,15 persen. Dengan perkembangan itu, inflasi IHK di atas 5 persen atau 5,24 persen,” katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (23/8/2022).
Perry menjelaskan, kenaikan harga komoditas global telah mendorong kenaikan inflasi yang tinggi pada komponen harga bergejolak (volatile food) dan harga yang diatur pemerintah (administered prices) hingga Juli 2022.
Tingkat inflasi harga bergejolak dan harga yang diatur pemerintah pada Juli 2022 masing-masing tercatat sebesar 11,47 persen dan 6,51 persen secara tahunan.
Meski pemerintah telah menambah subsidi energi hingga Rp502 triliun, kenaikan BBM nonsubsidi turut memberikan andil pada kenaikan inflasi harga yang diatur pemerintah.
Baca Juga
Di sisi lain, tekanan pada inflasi inti dikhawatirkan akan terus meningkat sebagai dampak dari rambatan kenaikan inflasi pangan dan harga yang diatur pemerintah, apalagi dengan rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi.
Perkembangan inflasi tersebut, menjadi salah satu pertimbangan BI untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen pada RDG Agustus ini.
“Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM nonsubsidi dan inflasi volatile food,” kata Perry.