Bisnis.com, JAKARTA – Goldman Sachs Group Inc. mengatakan kebijakan bank sentral sejumlah negara yang menaikkan suku bunga acuan untuk menekan inflasi tidak akan memicu resesi selama tahun depan.
Dilansir Bloomberg pada Senin (22/8/2022), Goldman memperkirakan sembilan negara yang pertama melakukan pengetatan moneter tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda resesi mengingat pasar tenaga kerja mereka terus bertahan.
Negara-negara yang dimaksud termasuk sebagian besar negara berkembang di Amerika Latin dan Eropa tengah dan timur, serta Selandia Baru,
Goldman mengatakan ada tiga faktor utama yang mendukung hal ini, yaitu neraca yang kuat mendukung penarikan kelebihan simpanan dan pertumbuhan kredit konsumen yang cepat, permintaan tenaga kerja yang telah mendukung pertumbuhan lapangan kerja di beberapa negara, dan pembukaan perekonomian yang masih mendorong pertumbuhan.
Pasar tenaga kerja yang terlalu panas dan nilai tukar yang melemah menjadi sentimen negatif, meskipun ada beberapa bukti bahwa krisis rantai pasokan mereda dan inflasi inti diperkirakan telah memuncak di sebagian besar negara.
Meskipun terlalu dini untuk mengatakan apakah negara-negara yang menaikkan suku bunga lebih awal akhirnya akan mengalami kontraksi ekonomi, bukti sejauh ini menunjukkan bahwa negara ini diperkirakan dapat menghindari hard landing.
Baca Juga
"Ketahanan mereka mendukung perkiraan kami bahwa tidak ada negara ekonomi utama yang akan memasuki resesi karena pengetatan kebijakan moneter selama tahun depan," tulis tim ekonom Goldman yang dipimpin oleh Jan Hatzius, dikutip Bloomberg Senin (22/8/2022).