Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Memanfaatkan Keanekaragaman Hayati Kunci Ketahanan Pangan

Pemerintah diharapkan dapat memanfaatkan keanakeragaman hayati untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
Seorang petani tengah berada di sawah di Sungai Sariak, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatra Barat. Di kawasan pertanian padi ini banyak tumbuh pembangunan rumah baru yang dapat berdampak pada penyusutan luas lahan tanam padi./Bisnis-Noli Hendrarn 
Seorang petani tengah berada di sawah di Sungai Sariak, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatra Barat. Di kawasan pertanian padi ini banyak tumbuh pembangunan rumah baru yang dapat berdampak pada penyusutan luas lahan tanam padi./Bisnis-Noli Hendrarn 

Bisnis.com,JAKARTA - Pemerintah diharapkan dapat memanfaatkan keanakeragaman hayati untuk menjaga ketahanan pangan nasional.

hal tersebut seperti disampaikan Ketua Umum Pakar DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Agus Pakpahan dalam diskusi bertajuk 'Tantangan Ketahanan Pangan'. Menurutnya, komoditas pangan pun tidak hanya berasal dari beras, tetapi bisa dari berbagai jenis pangan lokal yang ada. Diversifikasi pangan akan membuat ketahanan pangan kita lebih adaptif ke depannya, sehingga lebih tahan menghadapi krisis.

“Banyak keanekaragaman hayati di Indonesia, kita bisa ambil keuntungan dari iklim tropis, lalu struktur kepulauan juga. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah harus melihat kondisi itu,” ujarnya seperti dikutip Sabtu (20/8/2022).

Ia mengatakan bahwa pengembangan pangan di tanah air, harus disesuaikan dengan kondisi di setiap daerah. “Sagu misalnya bisa dikembangkan di Papua, karena itu tidak perlu ada konversi lahan di sana, begitu juga yang dilakukan di Kalimantan dan daerah lainnya, sesuai dengan potensi di sana,”terangnys.

Dia menambahkan bahwa Indonesia perlu belajar dari yang telah dilakukan Jepang yang menggunakan pendekatan fungsionalitas dalam membangun ketahanan pangannya, bukan pendekatan komoditas.

Pendekatan fungsionalitas itu, katanya, bukan fokus pada beras, jagung dan lain lain, tetapi kita masuk misalnya ke protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Mereka, katabya, gunakan cara pandang keanekaragaman hayati sebagai sumber daya utama.

Cara ini menurutnya harua diaplikasikan oleh Indonesia agar bisa lebih fleksibel, bisa lebih adaptif dengan masa depan karena sesuai dengan iklim tropika, dengan keanekaragaman hayatnya. “Misalnya sukun, talas, sagu kita bisa jadikan tepung yang sama sama ada juga karbohidratnya,”ucapnya.

Menurutnya, Indonesia boleh saja swasembada beras saat ini tetapi faktanya kita masih banyak impor buah buahan, begitu juga sayur sayuran, kita masih impor protein, mineral.

"Dari Global Hunger Indeks kita masih tertinggal 50 tahun dari negara maju, karenanya ia pun mendorong agar Indonesia fokus pada peningkatan kapasitas pertanian untuk jangka panjang, inovasi teknologi pertanian itu harus terus dilakukan, seperti yang dilakukan Jepang," paparnya.

“Pertanian harus terintegrasi dengan industrialisasi, sehingga bisa meningkatkan nilai tambah per unit sumber daya alamnya,”ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper