Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral China secara tak terduga memangkas suku bunga kebijakan utama untuk pertama kalinya sejak Januari 2022 untuk meningkatkan dukungan terhadap perekonomian yang tengah berjuang untuk pulih dari pembatasan Covid-19 dan penurunan sektor properti. Imbal hasil obligasi merosot.
Dilansir Bloomberg pada Senin (15/8/2022), People’s Bank of China (PBOC) menurunkan suku bunga pinjaman kebijakan satu tahun sebesar 10 basis poin menjadi 2,75 persen. Semua dari 20 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan tingkat pinjaman fasilitas pinjaman jangka menengah akan dibiarkan tidak berubah pada 2,85 persen. Suku bunga 7-day reverse repo rate juga dipangkas menjadi 2 persen dari 2,1 persen.
Imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun empat basis poin menjadi 2,69 persen setelah langkah mengejutkan ini. Sementara itu, bursa saham China rebound setelah dibuka lebih rendah, dengan indeks acuan CSI 300 naik 0,3 persen pada 09.36 waktu Shanghai.
Ekonom Credit Agricole Xiaojia Zhi mengatakan pemangkasan suku bunga menunjukkan bahwa pihak otoritas moneter China masih sangat prihatin terhadap pertumbuhan dan lesunya permintaan kredit, sementara tekanan inflasi masih ringan.
Langkah bank sentral ini dilakukan sesaat sebelum rilis data ekonomi bulanan pemerintah pada Juli, yang kemungkinan akan menunjukkan pemulihan beragam di China.
Investasi properti diperkirakan akan melemah, tingkat pengangguran kemungkinan akan tetap tinggi, sementara output industri dan penjualan ritel mungkin meningkat. Wabah Covid baru di pulau Hainan juga mengaburkan prospek pertumbuhan, dengan kasus melonjak ke level tertinggi tiga bulan.
Baca Juga
Langkah ini juga dilakukan setelah data pertumbuhan kredit yang lemah pada hari Jumat karena pinjaman baru dan penerbitan obligasi korporasi melambat. Angka-angka tersebut meningkatkan risiko jebakan likuiditas di mana pelonggaran moneter gagal memacu penyaluran pinjaman.
"Terlepas dari peringatan inflasi struktural dan kondisi likuiditas yang cukup, risiko penurunan yang mendominasi untuk pertumbuhan dan data kredit yang lemah mendorong PBoC untuk menurunkan suku bunga," kata Ken Cheung, kepala analis valas Asia di Mizuho Bank Ltd., seperti dikutip Bloomberg, Senin (15/8/2022).
Pemangkasan suku bunga ini memperlebar perbedaan antara sikap pelonggaran PBOC dan bank sentral utama lainnya yang memperketat kebijakan moneter untuk mengekang inflasi yang melonjak.
Langkah ini juga meningkatkan risiko bagi yuan karena tekanan arus keluar modal meningkat. Ini juga mengejutkan karena PBOC baru-baru ini memperingatkan terhadap risiko kenaikan inflasi, meskipun permintaan domestik masih tetap lemah.