Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Gagal Pacu Pinjaman Bank Gara-Gara Suku Bunga Rendah

Suku bunga China yang rendah menyebabkan negara Tirai Bambu gagal memacu pinjaman bank, menciptakan tantangan baru bagi pemangku kebijakan.
Ilustrasi bendera nasional China/Bloomberg
Ilustrasi bendera nasional China/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Suku bunga China yang rendah menyebabkan negara Tirai Bambu gagal memacu pinjaman bank, menciptakan tantangan baru bagi pemangku kebijakan ketika mereka mencoba untuk memulihkan perekonomian mereka.

Data bank sentral pada Jumat (12/8/2022) menunjukkan perlambatan tajam dalam pembiayaan agregat, ukuran kredit yang luas pada Juli, lantaran pinjaman baru dan penerbitan obligasi korporasi melemah.

Pada saat yang sama, pertumbuhan M2 (uang beredar) meningkat lebih dari yang diharapkan menjadi 12 persen pada Juli. Data juga menunjukkan, bank-bank dibanjiri uang tunai, tetapi berjuang meningkatkan pinjaman kepada pelanggan dengan latar belakang pertumbuhan yang lemah dan gejolak di pasar properti.

Kepala ekonom China di Pantheon Macroeconomics Ltd. Craig Botham menyebut data tersebut adalah tanda klasik jebakan likuiditas.

"Likuiditas cukup, tetapi tidak ada yang menginginkannya. Dalam keadaan ini, kebijakan moneter tidak dapat berbuat banyak untuk mendukung perekonomian," katanya, melansir Bloomberg, Sabtu (13/8/2022).

The People’s Bank of China telah menahan diri dari  pemangkasan suku bunga pada Januari lalu dan fokus membujuk bank untuk meningkatkan pinjaman mereka, terutama untuk sektor-sektor yang ditargetkan seperti usaha kecil. Kendati demikian, default di sektor properti dan melemahnya perekonomian membuat perbankan enggan menyalurkan kredit.

Beijing baru-baru ini telah menempatkan harapannya pada kebijakan bank untuk memacu pertumbuhan, mengalokasikan 1,1 triliun yuan (US$163 miliar) untuk digunakan membiayai proyek infrastruktur.

Ketidaksesuaian antara likuiditas dan pinjaman bank juga meningkatkan risiko keuangan. Pasalnya, suku bunga pasar turun jauh dibawah suku bunga kebijakan yang ditetapkan oleh bank sentral.

Kepala ekonom di Citic Securities Co. Ming Ming menyampaikan, likuiditas menumpuk di pasar antarbank. Bahkan, ada risiko uang diarahkan keluar dari ekonomi riil dan masuk ke pasar.

"Kebijakan moneter perlu lebih memantau perubahan leverage pasar dan mendorong uang mengalir ke ekonomi riil," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper