Bisnis.com, JAKARTA - Target pemerintah agar industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional bisa meraup US$13 miliar - US$14 miliar tahun ini tidak sejalan dengan perkiraan pelaku usaha.
Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta memperkirakan nilai ekspor TPT nasional kemungkinan besar turun di kisaran 10 persen sampai dengan akhir tahun ini.
Sebab, jelasnya, sejumlah buyer sudah memberikan konfirmasi soal pengurangan jumlah order produk dari Tanah Air. Pengurangan jumlah order tersebut mayoritas dari buyer di segmen garmen.
"Sudah ada sejumlah buyer yang mengonfirmasi pengurangan order. Mayoritas dari segmen garmen," kata Redma baru-baru ini.
Dampak langsungnya terhadap industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional, kata Redma, nilai ekspor kemungkinan besar turun di kisaran 10 persen sampai dengan akhir tahun ini.
Padahal, industri tekstil merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, yakni mencapai di kisaran 5 persenan.
Baca Juga
Sementara itu, pemerintah menargetkan realisasi ekspor TPT nasional tahun ini mencapai kisaran US$13 miliar - US$14 miliar.
Target tersebut sekitar 25 persen lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi 2021. Kementerian Perindustrian (Kemenperin), realisasi ekspor TPT 2021 senilai US$10,5 miliar.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pun optimistis target tersebut terealisasi terutama karena didorong oleh beberapa faktor yang dinilai cukup berefek signifikan.
"Di antaranya, pertumbuhan pesat penjualan melalui platform e-commerce serta kesadaran konsumen soal prinsip keberlanjutan pada proses produksi tekstil," kata Agus.
Menurutnya, penerapan prinsip bisnis berkelanjutan tersebut sangat mungkin seiring dengan adanya komitmen penurunan karbon dan konsumsi air dalam proses produksi TPT oleh industri.
Sementara dari sisi komoditas, prinsip keberlanjutan juga didorong oleh penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan serta penerapan prinsip circular economy.
Agus menambahkan paradigma ekonomi Making Indonesia 4.0 bakal mendorong transformasi di industri tekstil agar bisa lebih berdaya saing dan berinovasi tinggi sehingga dapat menjawab permintaan pasar global.