Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Ekspor TPT US$14 Miliar, Pemerintah-Pelaku Usaha Tak Sejalan

Pelaku usaha menilai target ekspor TPT yang dicanangkan pemerintah senilai US$14 miliar dinilai tak sejalan.
Pekerja menyelesaikan produksi celana di salah satu industri tekstil, Kopo, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/1/2021). -ANTARA
Pekerja menyelesaikan produksi celana di salah satu industri tekstil, Kopo, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/1/2021). -ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - Target pemerintah agar industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional bisa meraup US$13 miliar - US$14 miliar tahun ini tidak sejalan dengan perkiraan pelaku usaha.

Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta memperkirakan nilai ekspor TPT nasional kemungkinan besar turun di kisaran 10 persen sampai dengan akhir tahun ini.

Sebab, jelasnya, sejumlah buyer sudah memberikan konfirmasi soal pengurangan jumlah order produk dari Tanah Air. Pengurangan jumlah order tersebut mayoritas dari buyer di segmen garmen.

"Sudah ada sejumlah buyer yang mengonfirmasi pengurangan order. Mayoritas dari segmen garmen," kata Redma baru-baru ini.

Dampak langsungnya terhadap industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional, kata Redma, nilai ekspor kemungkinan besar turun di kisaran 10 persen sampai dengan akhir tahun ini.

Padahal, industri tekstil merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, yakni mencapai di kisaran 5 persenan.

Sementara itu, pemerintah menargetkan realisasi ekspor TPT nasional tahun ini mencapai kisaran US$13 miliar - US$14 miliar.

Target tersebut sekitar 25 persen lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi 2021. Kementerian Perindustrian (Kemenperin), realisasi ekspor TPT 2021 senilai US$10,5 miliar.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pun optimistis target tersebut terealisasi terutama karena didorong oleh beberapa faktor yang dinilai cukup berefek signifikan.

"Di antaranya, pertumbuhan pesat penjualan melalui platform e-commerce serta kesadaran konsumen soal prinsip keberlanjutan pada proses produksi tekstil," kata Agus.

Menurutnya, penerapan prinsip bisnis berkelanjutan tersebut sangat mungkin seiring dengan adanya komitmen penurunan karbon dan konsumsi air dalam proses produksi TPT oleh industri.

Sementara dari sisi komoditas, prinsip keberlanjutan juga didorong oleh penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan serta penerapan prinsip circular economy.

Agus menambahkan paradigma ekonomi Making Indonesia 4.0 bakal mendorong transformasi di industri tekstil agar bisa lebih berdaya saing dan berinovasi tinggi sehingga dapat menjawab permintaan pasar global.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper