Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi Filipina Melambat Jadi 7,4 Persen pada Kuartal II/2022

Otoritas Statistik Filipina mencatat produk domestik bruto (PDB) Filipina tumbuh 7,4 persen dalam tiga bulan hingga Juni (year-on-year/yoy).
Warga menggunakan masker mencoba wahana hiburan yang kembali dibuka di tengah pandemi Covid-19 di Enchanted Kingdom in Santa Rosa, Laguna, Filipina, Minggu (25/10/2020)./Antara-Reuters
Warga menggunakan masker mencoba wahana hiburan yang kembali dibuka di tengah pandemi Covid-19 di Enchanted Kingdom in Santa Rosa, Laguna, Filipina, Minggu (25/10/2020)./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Filipina lebih lambat dari perkiraan pada kuartal II/2022 karena lonjakan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam hampir empat tahun menekan konsumsi.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (9/8/2022), Otoritas Statistik Filipina mencatat produk domestik bruto (PDB) Filipina tumbuh 7,4 persen dalam tiga bulan hingga Juni (year-on-year/yoy). Angka tersebut melambat dari 8,2 persen pada kuartal pertama dan dibandingkan dengan estimasi median 8,4 persen dalam survei Bloomberg.

“Hambatan global, terutama inflasi impor, terutama pada energi dan makanan berkontribusi terhadap perlambatan yang nyata,” kata Menteri Perencanaan Ekonomi Filipina Arsenio Balisacan, dikutip dari Bloomberg pada Selasa (9/8/2022).

Tingkat produksi menyusut 0,1 persen dari kuartal sebelumnya dibandingkan perkiraan rata-rata sebesar 0,4 persen. Sementara itu, pengeluaran rumah tangga mengalami kontraksi sebesar 2,7 persen pada kuartal II/2022 dari periode Januari - Maret.

Inflasi pada kuartal kedua melebihi target bank sentral Filipina, Bangko Sentral ng Pilipinas, sebesar 2 - 4 persen menjadi 6,4 persen pada Juli, level tertinggi sejak Oktober 2018.

“Sementara itu, kinerja kuartal kedua sejalan dengan perkiraan pejabat yang memperkirakan pertumbuhan setidaknya 6,5 persen tahun ini,” ungkap Balisacan.

Untuk itu ekspansi di semester kedua mungkin lebih lambat dari semester pertama.

“Pembukaan kembali ekonomi secara penuh memang akan menghasilkan lebih banyak peluang menghasilkan pendapatan. Tetapi daya beli dari pendapatan itu mungkin terkikis oleh inflasi yang tinggi,” lanjutnya.

Namun, Filipina menonjol sebagai salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Asia. Hal ini mendukung rencana Presiden Ferdinand Marcos Jr. untuk meningkatkan belanja infrastruktur, menciptakan lapangan kerja, dan menurunkan kemiskinan.

Data PDB terbaru menyoroti tantangan bagi bank sentral dalam meningkatkan pengetatan kebijakan untuk mendinginkan inflasi. Gubernur bank sentral Felipe Medalla diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 24 atau 50 basis poin pada 18 Agustus dan akan menaikkan lagi untuk sisa tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper