Bisnis.com, PEKANBARU — PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) resmi menyerahkan rancangan plan of development atau PoD teknologi chemical enhanced oil recovery (EOR) kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada Senin (8/8/2022).
Rencana penerapan teknologi chemical EOR dimaksudkan untuk menahan laju penurunan produksi Blok Rokan yang belakangan sudah mencapai posisi 26 persen.
“Sekarang kita serahkan rancangan PoD tahap pertama, mudah-mudahan dapat segera dikaji SKK Migas dalam satu bulan ini,” kata Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Jaffee Arizon Suardin saat ditemui Bisnis di Lapangan Duri, Pekanbaru, Senin (8/8/2022).
Rencanannya, Jafee mengatakan perseroannya bakal mulai membangun fasilitas yang dibutuhkan untuk penerapan chemical EOR itu tahun depan setelah kajian SKK Migas rampung. Hanya saja, Jafee enggan menerangkan lebih rinci terkait dengan jenis kandungan kimia yang digunakan Pertamina Hulu Rokan sebagai alternatif dari milik Chevron.
Dia hanya memastikan perseroan telah mengajak sejumlah mitra strategis untuk pengembangan kandungan kimia dalam upaya penerapan teknologi EOR di salah satu blok sepuh tersebut. Manuver itu juga dilakukan untuk ikut menekan ongkos produksi dari lapangan tua Rokan.
“Kita membuka diri untuk bermitra dengan beberapa perusahaan sebagai alternatif dari kandungan kimia yang dulu dipakai Chevron,” tuturnya.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) terus berupaya untuk meningkatkan laju produksi Wilayah Kerja (WK) Rokan setelah satu tahun alih kelola dari PT Chevron Pacific Indonesia. Kendati laju penurunan produksi tercatat mencapai rata-rata 26 persen, Pertamina makin intensif untuk melakukan kegiatan eksplorasi konvensional dan non konvensional bekerjasama dengan sejumlah pihak di blok itu.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan sejumlah kegiatan eksplorasi intensif pada salah satu blok minyak sepuh dalam negeri itu belakangan efektif untuk menekan laju penurunan produksi. Malahan, Nicke mengatakan, perseroan mencatatkan tingkat produksi di Blok Rokan mengalami titik balik atau peningkatan dibandingkan sebelum alih kelola satu tahun yang lalu.
“Dengan program-program yang kita lakukan, produksi bisa kita tingkatkan total pengeboran kurang lebih 370 sumur, jumlah rig sebelum alih kelola hanya 9 rig itu pun baru masuk 10 bulan terakhir hari ini ada 21 rig,” kata Nicke saat melakukan pertemuan dengan Pemimpin Redaksi di Rumbai Country Club (RCC), Pekanbaru, Minggu (7/8/2022).
Berdasarkan catatan Pertamina, rata-rata produksi minyak di Blok Rokan sebelum alih kelola sebesar 158,7 Million Barrel Oil Per Day (MBOPD). Adapun rata-rata produksi setelah alih kelola setahun terakhir mencapai 159 MBOPD dan pernah berada di angka 161,9 MBOPD.
Sementara volume cadangan awal transisi sebesar 320,1 Million Barrels of Oil Equivalent (MMBOE). Saat alih kelola cadangan minyak mentah di Blok Rokan naik menjadi 370,2 MMBOE.
“Rencana 27 rig yang akan dioperasikan akhir tahun ini luar biasa peningkatannya untuk pengeboran dan work over, well service ini kita tambah 32 rig saat ini dan 52 rig akhir tahun, ini mungkin tertinggi bagi Tim Rokan,” kata dia.
Seperti diketahui setelah hampir 50 tahun dikelola PT CPI, Blok Rokan diserahkan kepada Pertamina pada 2021 lalu. Pemerintah belakangan tidak memperpanjang kontrak PT CPI dan memberikan hak pengelolaan ladang minyak itu kepada Pertamina.
Dari sisi komersial, Pertamina dalam proposalnya mencantumkan signature bonus sebesar US$784 juta atau sekitar Rp11,3 triliun, komitmen kerja pasti sebesar US$500 juta atau sekitar Rp7,2 triliun dan potensi pendapatan negara selama 20 tahun kedepan sebesar US$57 miliar atau sekitar Rp825 triliun.
Setelah 100 persen pengelolaan dipegang oleh Pertamina, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM, maka 1 persen akan menjadi participating interest (PI) Pemerintah Daerah melalui Badan Usaha Daerah (BUMD) yang ditunjuk.
Blok Rokan adalah ladang minyak dengan cadangan paling besar yang pernah ditemukan di Indonesia, saat ini Blok Rokan menyumbang 26 persen dari total produksi nasional. Blok yang memiliki luas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan di mana tiga lapangan berpotensi menghasilkan minyak sangat baik, yaitu Duri, Minas dan Bekasap.
Cadangan minyak yang dimiliki Blok Rokan mencapai 500 juta hingga 1,5 miliar barel oil equivalent tanpa Enhance Oil Recovery atau EOR.