Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Infrastuktur Jadi Masalah Produktivitas Industri Gula Nasional

Masalah infrastruktur menjadi soal penting dalam meningkatkan produktivitas industri gula Tanah Air.
Buruh mengangkat gula rafinasi ke lambung kapal di Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan. /Foto ANTARA
Buruh mengangkat gula rafinasi ke lambung kapal di Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan. /Foto ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA – Perlu upaya memperbaiki infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas industri gula nasional. Produksi gula di PT Rejoso Manis Indo (RMI) di Blitar, Jawa Timur, misalnya, dapat lebih baik dengan perbaikan infrastruktur jalan.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menyampaikan setidaknya dengan penyelesaian masalah infrastuktur jalan, RMI dapat meningkatkan produktivitas hingga 2,5 kali bahkan lebih.

“PT RMI memiliki potensi untuk bisa dikembangkan lagi produksinya hingga 2,5 kali. Apalagi, nanti kalau didukung dengan infrastruktur jalan yang lebih bagus. Saat ini, per hari ada 1.200 truk, dan kalau kualitas jalan lebih baik lagi, truk bisa mengangkut dua kali lebih banyak,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (7/8/2022).

Pada 2022, PT RMI mendapat pasokan tebu dengan luasan panen seluas 15.080 hektare (ha) dan potensi produksi sebesar 93.661 ton. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, luas area panen meningkat dari 13.721 ha dan produksi GKP sebesar 67.677 ton.

PT RMI saat ini memiliki kapasitas giling 10.000 ton tebu per hari (TCD) dan dapat diperluas menjadi 20.000 TCD dan kapasitas produksi sebesar 1.500 ton per hari (TPD) dengan menggunakan teknologi Defekasi Remelt Karbonatasi (DRK).

Sementara itu Wakil Direktur Utama PT RMI Syukur Iwantoro membenarkan bahwa sarana prasarana seperti jalan menjadi salah satu penunjang utama untuk peningkatan produksi industri gula.

“Terkait jumlah produksi, permasalahannya bukan di mesin, tetapi lebih karena terkendala infrastruktur jalan. Oleh karenanya, pengembangan jalan bagi industri gula ini memang perlu ditingkatkan menjadi kelas satu,” jelasnya.

Dia menilai bahwa masalah infrastruktur jalan sangat urgen dan mendesak. Sebab hal tersebut terkait dengan mobilitas petani dan keberlangsungan pabrik untuk bisa mencapai kapasitas maksimal.

“Dengan kelas jalan yang tidak memadai, yang merasa terhambat tidak hanya perusahaan, tetapi juga petani merasa dirugikan. Karena yang seharusnya satu kali angkut dengan fuso truk gandeng, harus dua sampai tiga kali angkut. Artinya, ada tambahan biaya petani,” tandasnya.

Syukur menambahkan, potensi lahan yang ada di Blitar masih banyak, belum lagi yang berada di daerah sekitarnya. Tahun pertama dan kedua, produksi RMI dapat mencapai 6.500 ton tebu perhari, dan tahun ini sudah mencapai 9.000-10.000 ribu ton tebu per hari.

“Produksi gula di Blitar menyumbang stok nasional hingga 100.000 ton. Tingginya stok ini karena lahan tebu yang ada semakin luas,” sebutnya.

Sebelumnya Kemenperin mencatat masih terdapat gap kebutuhan gula sekitar 850.000 ton untuk gula konsumsi dan 3,27 juta ton untuk gula rafinasi.

Artinya, melalui perbaikan jalan yang akan mendukung produktivitas pabrik gula turut menekan kesenjangan kebutuhan gula konsumsi di tahun ini dan tahun selanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper