Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2022 pada Jumat, (5/8/2022). Akankah pertumbuhan ekonomi RI bisa tembus 5 persen?
Perekonomian domestik pada kuartal II/2022 diperkirakan tumbuh positif, didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat sejalan dengan adanya momentum Ramadan dan naiknya mobilitas masyarakat karena kasus Covid-19 yang melandai.
Di samping itu, perekonomian juga diperkirakan ditopang oleh kinerja investasi dan ekspor yang tetap kuat, terutama didorong oleh lonjakan harga komoditas di pasar global.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2022 mencapai 4,88 persen, ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.
Dia memperkirakan konsumsi rumah tangga akan tumbuh sebesar 5,25 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Perkiraan tersebut tercermin dari kondisi yang solid dari beberapa indikator konsumsi, seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), penjualan eceran, penjualan otomotif, pertumbuhan uang beredar (M2) dan inflasi dari sisi permintaan.
“Mobilitas masyarakat yang meningkat dibandingkan periode-periode sebelumnya mengindikasikan bahwa belanja/konsumsi masyarakat yang meningkat sejalan dengan pengendalian kasus Covid-19,” katanya kepada Bisnis, Kamis (4/8/2022).
Baca Juga
Sebagai gambaran, IKK pada kuartal II/2022 tercatat tetap kuat pada zona optimis sebesar 128,2, sedangkan penjualan eceran pada periode yang sama tumbuh 15,4 persen secara tahunan.
Sejalan dengan itu, pertumbuhan uang beredar (M2) pada kuartal II/2022 tumbuh sebesar 10,6 persen. Inflasi inti juga menunjukkan tren kenaikan dibandingkan periode kuartal sebelumnya. Di sisi lain, penjualan mobil secara ritel mencatatkan pertumbuhan yang melambat, yaitu sebesar 8,3 persen secara tahunan.
Josua mengatakan investasi atau penetapan modal tetap bruto (PMTB) sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2022 diperkirakan tumbuh 5,27 persen.
“Peningkatan investasi terindikasi dari beberapa leading indicator investasi, antara lain impor barang modal, penjualan semen, penjualan alat berat, penjualan kendaraan komersial, dan penjualan listrik PLN,” jelasnya,
Di samping itu, net ekspor juga diperkirakan akan menopang pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2022, di mana kinerja ekspor non-migas secara kumulatif tercatat tumbuh 38,7 persen secara tahunan. Sementara itu, impor tercatat melambat menjadi sekitar 17,6 persen secara tahunan.
Di sisi lain, dia memperkirakan konsumsi pemerintah pada kuartal II/2022 akan cenderung melambat, meningkat dengan laju pertumbuhan -2,36 persen secara tahunan, dari kuartal sebelumnya yang terkontraksi -7,74 persen secara tahunan.
“Meski penyerapan belanja pemerintah pusat sepanjang kuartal II/2022 tumbuh 26 persen secara tahunan, namun pertumbuhan belanja pemerintah didorong oleh belanja pembayaran bunga utang. Sementara itu, belanja pegawai dan belanja barang tercatat masih tumbuh negatif yakni -1,7 persen dan -12,5 persen secara tahunan,” jelas Josua
Pada kesempatan berbeda, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun ini akan meningkat di atas level 5 persen secara tahunan (yoy).
“Kami memperkirakan PDB kuartal II/2022 tumbuh 5,15 persen secara tahunan. Secara triwulanan, diperkirakan tumbuh 3,44 persen,” katanya.
Faisal memperkirakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut berasal dari sektor konsumsi rumah tangga.
Hal ini tercermin dari permintaan domestik yang diperkirakan terus membaik di tengah pelonggaran PPKM, serta didorong oleh faktor musiman libur Ramadan dan Lebaran yang mendorong mobilitas masyarakat dan perputaran uang.
“Kami memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahunan akan terus menguat, didukung oleh meningkatnya aktivitas perdagangan dan belanja selama Ramadan dan Lebaran,” jelasnya.
Sejalan dengan itu, peningkatan bantuan sosial kepada rumah tangga miskin juga mempertahankan momentum di tengah kondisi inflasi yang lebih tinggi. Di samping konsumsi rumah tangga, pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi secara tahunan diperkirakan tetap solid, sejalan dengan akselerasi pertumbuhan kredit.
Kinerja ekspor juga diperkirakan tetap kuat, tumbuh dua digit dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terutama didorong oleh permintaan eksternal yang tetap terjaga dan sektor pariwisata yang membaik.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menkeu Sri Mulyani, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2022 bisa di atas 5 persen.