Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Benarkah Investasi Indonesia Dikuasai Satu Negara? Nih Buktinya!

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia buka-bukaan soal pertanyaan terkait investasi Indonesia yang dikuasai satu negara.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia. ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menepis kabar yang menyebutkan bahwa investasi asing di Indonesia dikuasai oleh satu negara saja.

"[Investasi asing] Singapura itu masih tertinggi pada 2019 US$6,5 miliar, 2020 US$9,7 miliar, 2021 itu US$9,3 miliar. China itu nomor dua, tetapi pada 2021 China nomor tiga, hanya US$3,1 miliar," kata Balil dalam webinar Bisnis Indonesia Mid Year Economic Outlook 2022: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahanan Geopolitik Pascapandemi, Rabu (3/8/2022).

Fakta yang menarik, katanya, Amerika Serikat pada empat tahun terakhir tidak pernah ada posisi 5 besar negara asal investasi. Namun, investor negeri Paman Sam justru bertengger di peringkat 4 pada 2021 dengan nilai investasi US$2,5 miliar.

Selain itu, Bahlil mengatakan negara Eropa selama ini yang cuma satu negara yang masuk posisi 10 besar. Namun pada 2021, ada dua negara Eropa yang mencatat nilai investasi tinggi, yaitu Belanda dan Swiss yang masing-masing berada di urutan 6 dan 10.

"Dengan data ini saya ingin katakan, tidak benar kalau ada isu, bahkan suatu persepsi, negara kita ini hanya dikuasai suatu negara tertentu dalam FDI [foreign direct investment]. Ini datanya. Jadi kita ini juga harus objektif," ujarnya.

Bahlil mengaku dalam implementasi untuk menetapkan investor, selama dia tidak menabrak aturan dan mengikuti norma kaidah apa yang ada di Indonesia, makan investor tersebut akan layani dengan baik.

"Tinggal siapa yang berani. Jadi ada beberapa negara yang sudah lama di Indonesia, tetapi mereka terlalu banyak pertimbangan. Pertimbangannya sampai berapa tahun. Kita meninggal saja belum ada keputusan. Jadi bagaimana mau maju?" ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper