Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi Bahlil Lahadalia memastikan sejumlah investor yang bergerak pada industri hulu dan hilir kendaraan listrik dari berbagai negara akan masuk ke Indonesia.
Selain VW dan BASF yang belakangan positif untuk investasi, Bahlil mengatakan, salah satu pabrikan kendaraan listrik asal Amerika Serikat juga bakal masuk ke Indonesia.
“Ada VW dan BASF dari Jerman itu juga masuk ke Indonesia, kemudian dari Amerika Serikat insyaallah akan masuk,” kata Bahlil dalam Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022, Rabu (3/8/2022).
Bahlil berharap masuknya salah satu pabrikan kendaraan listrik asal Amerika Serikat itu ikut menciptakan keberagaman dalam portofolio investasi di dalam negeri. Khususnya, dalam upaya hilirisasi produk mineral dan tambang.
Menurut Bahlil, sejumlah negara yang berkomitmen investasi pada industri kendaraan listrik dalam negeri itu sudah menunjukkan perkembangan yang positif. Dia mencontohkan, LG dan CATL telah menggelontorkan investasi masing-masing sebesar US$9,8 miliar dan US$5,2 miliar untuk industri baterai terintegrasi.
“Kemudian ada Foxconn investasinya lebih dari Rp100 triliun main di mobil membangun di Batang, lalu baterai cell, kemudian akan masuk lagi untuk sparepart telekomunikasi,” ujarnya.
Di sisi lain, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) meminta pemerintah untuk membenahi tata niaga bijih nikel kadar rendah limonit dan mineral kobalt yang belakangan difokuskan untuk menjadi bahan baku utama pembentukan baterai kendaraan listrik.
Pembenahan tata niaga bijih nikel kadar rendah itu diharapkan dapat memompa produksi bahan baku seiring dengan peningkatan kapasitas input pada pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter yang diperkirakan mencapai 250 juta ton pada 2025. Saat ini, rata-rata kapasitas input bijih nikel pada kegiatan pemurnian dan pengolahan berada di kisaran 120 juta ton per tahun.
Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey mengatakan pembenahan perdagangan limonit dan mineral kobalt itu berkaitan dengan penetapan harga patokan mineral atau HPM di tengah peningkatan permintaan dan transaksi pada bahan baku baterai kendaraan listrik tersebut dari industri hilir.
“Kita tidak mau dong negara tidak dapat apa-apa, sementara ada produk jadinya. Kita minta ada HPM untuk limonit dan mineral kobaltnya sehingga kegiatan tambang pun makin bertambah dengan kadar rendah yang dibeli sesuai HPM,” kata Meidy melalui sambungan telepon, Minggu (12/6/2022).