Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas manufaktur di Asia terus mencatatkan pelemahan pada bulan Juli 2022 di tengah tekanan rantai pasokan yang masih ada dan perlambatan ekonomi global.
Dilansir Bloomberg pada Senin (1/8/2022), S&P Global mencatat indeks manajer pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) Korea Selatan dan Taiwan mendapat pukulan terbesar.
PMI Juli Korsel merosot ke 49,8 dari 51,3 pada Juni, angka terendah sejak September 2020. Pesanan baru berkontraksi dan melemah terbesar dalam hampir dua tahun sementara volume produksi turun pada laju tercepat selama sembilan bulan karena kekurangan bahan dan kenaikan biaya.
Sementara itu, PMI Taiwan turun menjadi 44,6 dari 49,8, sedangkan output turun menjadi 40,2 dari 45,9 pada Juni. PMI, output, dan pesanan baru berada pada level terlemahnya sejak Mei 2020. Angka di atas 50 mengindikasikan ekspansi dari bulan sebelumnya, sementara angka di bawah mengindikasikan kontraksi.
Mata uang melemah terhadap dolar AS setelah berita tersebut, dipimpin oleh won Korea Selatan dan peso Filipina. Dolar Taiwan jatuh ke level psikologis kunci 30 per dolar AS untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun.
Direktur asosiasi ekonomi S&P Global Market Intelligence Annabel Fiddes mengatakan perusahaan manufaktur di Taiwan melukiskan gambaran kondisi yang semakin suram pada awal kuartal ketiga.
Baca Juga
“Output dan bisnis baru keduanya turun pada tingkat paling tajam sejak tahap awal pandemi pada Mei 2020, dengan perusahaan sering menghubungkan ini dengan kondisi ekonomi global yang lebih lemah,” ungkap Fiddes seperti dikutip Bloomberg, Senin (1/8/2022).
Sebelumnya, Data yang dirilis hari Minggu menunjukkan aktivitas manufaktur China secara tak terduga berkontraksi pada bulan Juli, membalikkan momentum ekonomi sebelumnya karena wabah Covid-19 yang membebani pemulihan.
PMI manufaktur China turun menjadi 49 dari 50,2 di bulan Juni. Angka ini di bawa proyeksi ekonom dalam survei Bloomberg sebesar 50,3. Indeks sektor swasta juga menunjukkan pelemahan. PMI Caixin Media dan IHS Markit merosot ke 50,4 dari 51,.
Penurunan ekspor Asia adalah peringatan yang jelas ke mana arah permintaan global karena bank sentral secara agresif menaikkan suku bunga untuk memperlambat inflasi yang melonjak. Dana Moneter Internasional (IMF) pekan lalu memangkas perkiraan pertumbuhan global dan memperingatkan risiko resesi yang meningkat.
Di tempat lain, PMI untuk Vietnam, Filipina, dan Jepang turun sementara Thailand dan Indonesia meningkat.