Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Sebut Utang Baru Indonesia Turun 56 Persen, Benarkah?

Pada tahun lalu, pemerintah gencar menerbitkan utang untuk memenuhi kebutuhan biaya, di antaranya untuk penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi.
Tangkap layar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam APBN Kita pada 27 Juli 2022./Bisnis - Anggara Pernando
Tangkap layar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam APBN Kita pada 27 Juli 2022./Bisnis - Anggara Pernando

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menyatakan bahwa penerbitan pembiayaan melalui utang pada semester I/2022 turun 56,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), karena terjadi penurunan baik dari instrumen surat berharga negara atau SBN maupun pinjaman.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa hingga 30 Juni 2022, realisasi pembiayaan utang anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah Rp191,9 triliun. Jumlah itu terdiri dari penerbitan SBN senilai Rp182,4 triliun dan pinjaman Rp9,5 triliun.

Penerbitan utang itu ternyata lebih rendah dari catatan semester I/2021, dengan total Rp444,8 triliun. Pada tahun lalu, pemerintah gencar menerbitkan utang untuk memenuhi kebutuhan biaya, di antaranya untuk penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.

"Pembiayaan dari sisi penerbitan utang pada semester I/2022 turun tajam 56,9 persen, ini adalah indikator yang sangat baik dari sisi perbaikan kesehatan APBN kita," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, pekan lalu.

Nilai penerbitan SBN pada semester I/2022 tercatat turun hingga 60,7 persen (YoY), dari sebelumnya yang mencapai Rp464 triliun. Adapun, pelaksanaan pinjaman kondisinya berbanding terbalik, karena pada semester I/2021 catatannya justru negatif Rp19,1 triliun.

Menurut Sri Mulyani, kebijakan penurunan penerbitan utang berpengaruh positif terhadap pergerakan yield yang tetap bertahan baik, dalam situasi guncangan dan pada saat terjadi capital outflow.

"Ini menjadi strategi yang pas pada saat bonds market, atau pasar obligasi dan pasar uang bergejolak karena terjadinya [konflik], guncangan inflasi, dan kenaikan suku bunga global, Indonesia menjaga melalui kesehatan APBN yang makin baik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper