Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen membantah bahwa ekonomi Amerika Serikat telah memasuki resesi saat ini. Meski demikian, dia mengakui ada perlambatan dan pemerintah perlu menjinakkan inflasi pada semester I/2022.
"Kami memang melihat perlambatan pertumbuhan yang signifikan. Namun, resesi yang sebenarnya adalah "pelemahan ekonomi yang luas. Bukan [resesi] itu yang kita lihat sekarang," ujar Yellen seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (29/7/2922).
Dia juga tetap optimis ketika ditanya apakah perjuangan Federal Reserve (The Fed) melawan inflasi pasti akan menyebabkan kenaikan serius pada tingkat pengangguran di AS, yang masih berada di 3,6 persen.
Menurutnya, pasti ada jalan untuk menurunkan inflasi sambil mempertahankan pasar tenaga kerja yang kuat," imbuhnya.
"Itu bukan kepastian yang bisa dilakukan, tapi saya percaya ada jalan untuk mencapai itu," ucapnya.
Yellen berulang kali menekankan bahwa ekonomi AS telah memberi tanda-tanda yang positif, menunjuk pada penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan, keuangan rumah tangga yang kuat, keuntungan dalam belanja konsumen dan pertumbuhan bisnis.
"ekerjaan naik 1,1 juta pekerjaan pada kuartal kedua, kontras dengan rata-rata kehilangan 240.000 dalam tiga bulan pertama dari resesi terakhir," katanya.
Dia telah berbicara beberapa jam setelah data menunjukkan ekonomi AS menyusut untuk kuartal kedua berturut-turut. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi memperlambat investasi bisnis dan permintaan perumahan.
Menurutnya, kondisi pasar tenaga kerja sangat ketat dan mungkin menjadi sumber beberapa tekanan inflasi. Yellen juga menekankan kontribusi penting dari biaya makanan dan energi, didorong oleh perang di Ukraina, dan kemacetan rantai pasokan terhadap inflasi secara keseluruhan di seluruh dunia.
Data terbaru memicu perdebatan tentang apakah AS telah tergelincir ke dalam jurang resesi. Pasalnya, selama dua kuartal berturut-turut kontraksi ekonomi telah terjadi jika merujuk sesuai dengan definisi luas dari resesi "teknis".
"Menurunkan inflasi adalah prioritas utama bagi pemerintahan. Kenaikan harga konsumen "kemungkinan akan turun di hari-hari mendatang," tambahnya.