Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi AS Melambat, Menkeu Yellen Yakin The Fed Bisa Tekan Inflasi & Tangkal Resesi

Yellen mengatakan meskipun AS akan mengalami perlambatan penciptaan lapangan kerja dalam waktu dekat, hal itu bukan tanda terjadinya resesi.
Menteri Keuangan perempuan pertama di Amerika Serikat Janet Yellen/ Bloomberg
Menteri Keuangan perempuan pertama di Amerika Serikat Janet Yellen/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menyatakan keyakinannya terhadap upaya Federal Reserve (The Fed) menekan inflasi. Ia juga mengatakan belum ada tanda-tanda AS mengalami resesi secara luas.

Dalam acara Meet The Press NBC, Yellen mengatakan bahwa AS akan mengalami perlambatan dalam laju penciptaan tenaga kerja dalam waktu dekat.

“Saya pikir itu bukan resesi. Resesi adalah perlambatan perekonomian berbasis luas. Kami tidak melihatnya sekarang,” ungkap Yellen seperti dikutip Bloomberg, Senin (25/7/2022).

The Fed tersebut menaikkan suku bunga Fed Fund Rate pada bulan Juni dengan laju terbesar sejak 1994 dan diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga 75 basis poin lagi pekan ini. Hal ini dilakukan untuk menekan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) yang melonjak AS dengan laju tercepat dalam empat dekade.

Yellen mengatakan inflasi memang terlalu tinggi, namun inflasi juga tinggi di banyak negara maju lainnya.

"The Fed ditugasi menerapkan kebijakan yang akan menurunkan inflasi, dan saya berharap mereka berhasil,” ujar Yellen, yang juga mantan Gubernur The Fed di masa pemerintahan Donald Trump.

Bahkan jika AS mencatat kontraksi ekonomi dua kuartal berturut-turut, Yellen mengatakan dia tidak berharap bahwa akademisi di Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) yang mengatur resesi akan menyebut kondisi tersebut sebagai.

Ia mengatakan hal ini karena pasar tenaga kerja AS sangat kuat. Dengan adanya penciptaan hampir 400.000 lapangan kerja sebulan, kondisi ini bukan merupakan resesi.

"Saya akan terkejut jika NBER akan menyatakan periode ini sebagai resesi, bahkan jika terjati pertumbuhan negatif di dua kuartal berturut-turut," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper