Bisnis.com, JAKARTA - Kelanjutan proyek eksplorasi di Blok Masela menjadi salah satu agenda yang dibahas saat pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Rabu (27/8/2022).
Sudah sedari era pemerintahan SBY, Indonesia terus berupaya mempercepat kegiatan eksplorasi di Blok Masela. Proyek di area itu juga dibahas oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang membahas peluang pendanaan proyek Blok Masela saat bertemu dengan Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) di Tokyo.
Sebegitu pentingnya kelanjutan proyek Masela bagi industri migas nasional karena memang memiliki cadangan gas yang sangat besar.
Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis juga dikemas secara mendalam dan analitik tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
1. Menanti Akhir dari Perjalanan Panjang RI - Jepang di Blok Masela
Proyek gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) Blok Masela menjadi salah satu proyek strategis nasional yang paling diharapkan segera berjalan, mengingat sudah lebih dari 20 tahun melewati perjalanan panjang dan berliku.
Dengan beroperasinya proyek gas Abadi di Laut Arafuru, Maluku itu, tak hanya akan mengangkat kemampuan produksi minyak dan gas bumi nasional, tetapi sekaligus bisa menjadi ajang pembuktian bahwa iklim investasi di Indonesia sudah sangat kondusif. Harapannya, dapat mendorong investor migas lainnya untuk berinvestasi di Indonesia.
Selain itu, beroperasinya Blok Masela juga diyakini akan mendorong pertumbuhan industri di daerah Maluku, seperti industri petrokimia yang menggunakan bahan baku gas. Yang jelas, multiplier effect dari Blok Masela akan sangat besar terhadap perekonomian daerah dan nasional.
2. GoTo Tak Setangguh Grab dan Shopee, Sahamnya Masih Menarik?
Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. masih tetap ramai ditransaksikan di pasar, mencerminkan masih tingginya ekspektasi investor terhadap pemulihan kinerja saham ini. Namun, masih menjadi pertanyaan soal ketangguhannya.
Secara umum, emiten berkode saham GOTO ini masih dibayang-bayangi oleh sejumlah sentimen negatif, antara lain ketidakpastian pencapaian laba, tekanan sektor teknologi secara umum, dan aksi bakar duit yang tetap berlanjut menjadikan prospek emiten ini masih berada dalam tanda tanya.
GOTO masih membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp6,47 triliun per kuartal I/2022, naik 2,57 kali lipat dibandingkan dengan kuartal I/2021 yang rugi sebesar Rp1,81 triliun.
Pada saat yang sama, strategi promosi bernilai jumbo kenyataannya masih dilanjutkan perseroan setelah berstatus sebagai emiten.
3. IMF Pertegas Proyeksi Buram Ekonomi Global 2022
Potret dunia tahun ini menampilkan sisi perekonomian yang jauh dari menyegarkan. Pesimisme atas munculnya kondisi yang lebih baik membuat pertumbuhan global kembali mengalami pemangkasan. Dana Moneter Internasional atau IMF yang sempat optimistis bahwa resesi tidak akan terjadi kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global.
Tahun ini indeks harga konsumen secara global diperkirakan melonjak. Inflasi diprediksi akan bergerak semakin cepat, dipacu kenaikan biaya makanan dan energy. Hal itu berlangsung seiringan dengan ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan yang masih ada.
IMF memproyeksikan IHK global meningkat 8,3 persen tahun ini, yang akan menjadi lompatan terbesar sejak 1996, sekaligus naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 7,4 persen pada April.
4. Solusi Keamanan Siber & Kompetensi SDM Fintech Bank Digital
Keamanan siber menjadi salah satu menjadi perhatian khusus terutama di industri perbankan. Otoritas mengakui industri keuangan menjadi salah satu sektor yang rentas terhadap serangan siber apalagi di tengah masifnya bank digital.
Alibaba Cloud Intelligence menyebut serangan siber di Indonesia hingga September 2021 meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 2020. Untuk mengantisipasi hal tersebut solusi
Cloud computing atau komputasi awan dinilai memiliki peran penting dalam perkembangan industri keuangan digital di Indonesia, termasuk perbankan digital.
5. Didesak China, RI Pikul Beban Biaya Proyek Kereta Cepat
Kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Beijing pada 26 Juli 2022 kemarin nyatanya masih menyisakan persoalan yang belum dibahas kedua negara. Salah satunya adalah pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Indonesia - China.
Proyek prestisius antara RI - China ini menemui sejumlah kendala, selain waktu pengerjaan yang diproyeksi bakal mundur dari rencana, biaya pembengkakan alias cost overrun dengan nilai triliunan juga harus ditanggung konsorsium proyek tersebut.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (PBKP) telah menetapkan biaya membengkak dari proyek ini mencapai US$1,176 miliar atau setara Rp16,8 triliun. Dalam taksiran awal, KCIC hanya menelan biaya US$6,07 miliar setara Rp86,67 triliun.
Belakangan adanya tambahan biaya tersebut menjadikan nilai investasi yang diperlukan menyentuh Rp8 miliar atau sekitar RP114,24 triliun. Nilai fantastis ini harus ditanggung oleh konsorsium dari China maupun Indonesia. Namun tidak ada ketetapan siapa yang harus menanggung biaya berlebih itu.