Bisnis.com, TOKYO – Pemerintah yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menggelar pertemuan dengan Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) yang baru, Nobumitsu Hayashi untuk mempercepat pembiayaan proyek investasi di Indonesia.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 2 jam itu, Menko Airlangga yang hadir bersama Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita serta Sesmenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso membahas berbagai proyek JBIC yang ada di Indonesia.
JBIC memiliki beragam spesialisasi pembiayaan, salah satunya di sektor energi. Dengan keahlian ini, JBIC diharapkan berperan lebih besar dalam beragam proyek infrastruktur di Indonesia.
Airlangga menambahkan bahwa fokus Indonesia untuk 2 tahun ke depan adalah memulihkan ekonomi dan kembali mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi serta berkelanjutan. Untuk itu idukung salah satunya oleh ketersediaan infrastruktur energi.
“Beberapa proyek infrastruktur utama seperti Pembangkit Listrik Tanjung Jati-B, Jawa 1 dan pembangkit panas bumi Sarula dan Muara Laboh, serta proyek LNG Tangguh [masih terus dibangun]. Proyek-proyek ini menyediakan sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi Indonesia,” ujar Menko Airlangga dari Tokyo, Selasa (26/7/2022) waktu Indonesia.
Baca Juga
Airlangga juga menekankan, Indonesia segera mengambil langkah konkrit untuk melaksanakan transisi energi ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk mencapai Nationally Determined Contributions (NDC) pengurangan emisi karbon 29 persen pada tahun 2030.
Pemerintah Jepang juga telah melakukan banyak kolaborasi dengan Indonesia dalam pengurangan emisi karbon. Salah satunya melalui skema Joint Crediting Mechanism (JCM). Skema ini juga sedang dipertimbangkan sebagai bagian dalam kerjasama pendanaan JBIC dengan Indonesia dalam program transisi energi.
Dalam pertemuan itu juga dilakukan pembahasan proyek Masela yang akan menjadi semakin strategis terutama pasca perang Ukraina dan Rusia, terutama karena melonjaknya kebutuhan gas dari negara-negara G7.
Gas menjadi sangat penting, karena dapat digunakan sebagai bahan baku ammonia, bahan baku pupuk, dan gas bisa digunakan untuk membangun methanol yaitu salah satu blending untuk biofuel. Nilai investasi proyek ini mencapai 19,85 Miliar USD. Namun demikian, proyek ini mempunyai tantangan ke depan yaitu adanya percepatan transisi energi, persyaratan dekarbonisasi dan perubahan industri hulu Migas, sehingga perlu evaluasi dan identifikasi ulang ruang lingkup proyek.
Sementara itu Gubernur JBIC Hayashi menyampaikan Indonesia negara sangat strategis dan nasabah JBIC yang terpenting.
“Karena itu saya sangat berbahagia bisa bertemu langsung dengan Menko Airlangga dan Menteri Agus. Dukungan JBIC di bidang energi dengan mendukung listrik 11,6 GW yang sangat membantu pembangunan ekonomi Indonesia,” katanya.
Selain membahas mengenai energi, pertemuan juga membahas pengembangan sektor otomotif di Indonesia yang hampir 90 persen prinsipalnya berasal dari Jepang. JBIC ikut membiayai pengembangan sektor otomotif.
“Kami mendukung investasi perusahaan Jepang di sektor manufaktur terutama di Otomotif, karena dengan dukungan kuat Pemerintah RI selama ini, otomotif Jepang menjadi sangat dicintai di Indonesia bahkan melebihi di Jepang sendiri. JBIC akan lebih mendorong peningkatan nilai dari investasi yang sudah ada,” terang Hayashi.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang berharap agar ada proyek-proyek industri manufaktur yang besar di Indonesia terus didukung oleh JBIC.
Menko Airlangga juga menyampaikan harapan agar JBIC juga mendorong investasi di sektor lain yang sangat potensial, terutama sejak masa pandemi dan krisis global ini, yaitu sektor Kesehatan (Medical) dan sektor Pangan (Food). Dia mengundang JBIC berinvestasi di bidang pangan dan pupuk.
“Sektor Kesehatan sudah mengembangkan layanan Kesehatan di KEK (Kawasan Ekonomi Khusus), yaitu di KEK Kesehatan di Sanur Bali. Di KEK boleh melakukan penelitian klinikal-trial dan memungkinkan Dokter Asing untuk bisa praktek,” terang Menko Airlangga.