Bisnis.com, JAKARTA - Bank-bank China diperkirakan kehilangan 31 miliar yuan (US$4,6 miliar) pendapatan bunga dari KPR menyusul rencana pelonggaran pembayaran kepada pembeli rumah di proyek-proyek yang macet.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (19/7/2022), Citigroup Inc memperkirakan sekitar 1,2 persen dari proyeksi laba bersih dalam sistem perbankan tahun 2023 diproyeksi tergerus, dengan asumsi 561 miliar yuan pinjaman rumah akan berisiko jika Beijing menandatangani rencana tersebut.
Analis Citigroup yang dipimpin Judy Zhang dalam sebuah laporan mengatakan risiko kredit dari tekanan terakhir sektor properti diperkirakan masih dapat dikelola oleh sebagian besar bank.
Bloomberg sebelumnya melaporkan, pemerintah berencana memberikan bantuan kepada ratusan ribu pembeli pembangunan perumahan China yang menunggak pembayaran. Sebagaian besar mereka telah bergabung dengan aksi boikot pembayaran angsuran KPR yang melanda lebih dari 230 proyek di 80 kota.
Usulan masa pelonggaran waktu pembayaran adalah bagian dari kebijakan yang lebih luas oleh pihak berwenang untuk menstabilkan pasar properti. Kebijakan ini mencakup mendesak pemerintah daerah dan bank untuk membantu pendanaan bagi pengembang.
Analis Citi mengatakan langkah oleh regulator akan menurunkan risiko jangka pendek untuk sektor perbankan, meskipun efek bola salju dari aksi boikot ini memiliki implikasi jangka panjang seperti mengurangi selera risiko di antara bank, meredam sentimen pembeli rumah, dan merusak kesehatan fiskal pemerintah daerah.
Baca Juga
“Meskipun upaya pemerintah dapat memberikan bantuan jangka pendek pada masalah kualitas aset KPR, kami memperkirakan boikot pembayaran angsuran KPR memiliki dampak 'tidak diinginkan' yang luas," tulis mereka.
Saham bank-bank China, yang naik Senin di tengah berita bahwa pemerintah meminta bank-bank untuk tetap memberikan pinjaman kepada pengembang, bergerak tipis pada Selasa. Indeks Bank CSI 300 telah turun 9 persen sepanjang bulan ini. Indeks saham properti turun 0,7% pada Selasa.
Aksi boikot ini meluas pekan lalu dalam ancaman terbaru terhadap industri real estat yang sudah babak belur di antara beberapa pengembang properti terbesar China.
Salah satu konsekuensi yang tidak diinginkan dari aksi protes ini adalah bahwa konsumen menjadi kurang bersedia untuk membeli rumah, membatasi insentif pengembang untuk memulai proyek baru, tulis para analis. Hal ini kemudian menekan pendapatan kota dari penjualan tanah.
Citigroup memperkirakan setiap penurunan 10 poin persentase dalam pertumbuhan investasi real estat dapat menyebabkan penurunan 17 persen dalam pendapatan bank-bank China untuk tahun keuangan 2022.