Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan ritel busana asal Swedia Hennes & Mauritz AB (H&M) memutuskan untuk hengkang dari Rusia, setelah menghentikan seluruh penjualan sejak Maret sebagai respons atas serangan Rusia ke Ukraina.
Dilansir Bloomberg pada Senin (18/7/2022), perusahaan yang berbasis di Stockholm tersebut memperkirakan hal tersebut akan menelan biaya 2 miliar kronor atau Rp2,8 triliun (dengan Kurs Rp1,437), yang mana 1 miliar kronor atau Rp1,4 triliun akan berdampak pada arus kas.
Untuk itu, H&M berencana untuk membuka kembali toko fisik di Rusia dengan jangka waktu terbatas guna menjual sisa persediaan.
“Setelah mempertimbangkan dengan cermat, kami memperkirakan tidak mungkin mengingat situasi saat ini untuk melanjutkan bisnis kami di Rusia,” kata Chief Executive Officer (CEO) H&M Helena Helmersson.
Bisnis H&M di Rusia yang telah beroperasi sejak 2009, menyumbang sekitar 4 persen dari penjualan senilai 199 miliar kronor selama tahun fiskal terakhir. “Bukan rahasia lagi bahwa Rusia adalah salah satu pasar pertumbuhan terpenting perusahaan,” kata Kepala Hubungan Investor H&M, Nils Vinge, pada Maret.
Penangguhan penjualan di Rusia, Belarusia, dan Ukraina bersama-sama menyumbang 5 poin persentase dari proyeksi penurunan pendapatan hingga 6 persen bulan lalu, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga
Menurut Analis Bloomberg Intelligence Charles Allen, keputusan oleh H&M dapat memberi tekanan pada saingannya Inditex, bahkan pada peritel makanan Metro dan Auchan untuk mempertimbangkan jalan keluar mereka sendiri.
“Keluarnya [H&M] menekankan pentingnya membangun Amerika Latin sebagai jalur alternatif menuju pertumbuhan sementara China juga tetap sulit bagi perusahaan,” kata Allen.
Diketahui, saham H&M turun sebanyak 1,2 persen ketika perdagangan dimulai di Ibu Kota Swedia pada Senin.