Bisnis.com, BALI – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menyatakan bahwa gejolak ekonomi global dan melambungnya inflasi di sejumlah negara, tak terkecuali AS, merupakan tanggung jawab Rusia.
Dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, Kamis (14/7/2022), Yellen menyatakan bahwa kondisi yang terjadi hari ini merupakan efek negatif dari invasi yang dilakukan Rusia. Kondisi tersebut lantas membuat harga energi melambung dan meningkatnya kerawanan pangan.
“Tantangan terbesar hari ini datang dari tindakan ilegal Rusia dalam perang tak beralasan melawan Ukraina. Kami melihat efek negatif dari perang itu di setiap sudut dunia, terutama terkait dengan harga energi yang lebih tinggi, dan meningkatnya kerawanan pangan,” ujarnya.
Menurut Yellen, dampak tersebut juga tecermin dari data Departemen Tenaga Kerja AS yang menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) AS naik 9,1 persen pada Juni 2022. Ini merupakan lonjakan terbesar sejak 1981.
Dibandingkan bulan sebelumnya, CPI AS naik menjadi 1,3 persen atau terbesar sejak 2005. Adapun CPI inti, yang menghilangkan komponen makanan dan energi yang lebih mudah berubah, naik sebesar 0,7 persen secara bulanan dan 5,9 persen secara tahunan.
Angka inflasi ini berada di atas median proyeksi ekonom dalam survei Bloomberg yang memperkirakan CPI AS naik 8,8 persen pada Juni. Sementara itu jika dibandingkan Mei, CPI sebelumnya diperkirakan naik 1,1 persen dan CPI inti diperkirakan naik 0,5 persen.
Baca Juga
Dia menambahkan bahwa para anggota G20 harus memperhatikan efek limpahan atau spillover dari perang Rusia yang mengakibatkan negara-negara lain menghadapi kerentanan ekonomi. Yellen pun menyatakan bahwa AS tetap teguh mengutuk perang tersebut beserta kekejamannya.
“Komunitas internasional harus berpandangan jernih dan meminta pertanggungjawaban Putin atas konsekuensi ekonomi dan kemanusiaan global dari perangnya,” pungkasnya.