Bisnis.com, JAKARTA — Resesi perekonomian di Amerika Serikat (AS) diperkirakan berlangsung lebih cepat setelah tingkat inflasi pada Juni 2022 tercatat naik lebih tinggi. sebesar 9,1 persen secara tahunan.
Tingkat inflasi di AS yang mencapai 9,1 persen melebihi ekspektasi konsensus sebesar 8,8 persen. Sejalan dengan itu, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, diperkirakan akan bergerak lebih agresif dalam menyesuaikan tingkat suku bunga bulan ini.
“Data Inflasi harga konsumen AS bulan Juni yang lebih tinggi dari perkiraan menaikkan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve bulan ini hingga 100 basis poin, dari sebelumnya 75 basis poin,” kata Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi, Kamis (14/7/2022).
Selain itu, pasar juga memperkirakan puncak siklus kenaikan suku bunga The Fed akan terjadi pada November 2022 dari sebelumnya Februari 2023.
Penyesuaian suku bunga yang lebih tinggi dan lebih cepat oleh the Fed akan berdampak pada perekonomian negara itu. Konsumsi masyarakat akan tertahan, sehingga aktivitas perekonomian akan berjalan lebih lambat.
“Akibatnya, perkiraan pasar untuk timing resesi AS juga bergeser ke kuartal IV/2022, dari sebelumnya semester II/2023,” jelasnya.
Baca Juga
Dia mengatakan, pasar pun memperkirakan siklus penurunan suku bunga The Fed yang pertama baru akan dimulai pada Februari 2023 dan yang kedua pada Mei 2023.
Kepala Ekonom JPMorgan Chase & Co Michael Feroli juga memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi AS akan memburuk pada akhir 2022 jika the Fed benar-benar menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin pada bulan ini.
"Saya cenderung berpikir bahwa dampak utamanya mungkin untuk memotivasi lebih banyak front loading oleh The Fed,” imbuhnya.
The Fed pada bulan lalu telah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Bank Sentral AS ini pun memberi sinyal suku bunga akan kembali naik 50 hingga 75 basis poin pada bulan ini.