Bisnis.com, JAKARTA — Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR RI menilai bahwa tidak tercapainya target inflasi pemerintah membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia loyo.
Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Golkar Nurul Arifin menjelaskan bahwa pada periode 2021, kondisi perekonomian dapat terjaga cukup baik di tengah besarnya tekanan akibat pandemi Covid-19. Namun, dia mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun lalu berada di bawah target pemerintah.
"Inflasi hanya terealisasi di level 1,87 persen [pada 2021], diduga menjadi salah satu faktor penyebab tidak tercapai target pertumbuhan ekonomi," ujar Nurul dalam rapat paripurna ke-27 DPR, masa persidangan V tahun sidang 2021—2022, Selasa (5/7/2022).
Pada 2021, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di 3,7—4,5 persen, tetapi realisasinya hanya 3,69 persen. Nurul menilai bahwa tingkat inflasi berpengaruh cukup besar dalam tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah menargetkan inflasi 2021 di angka 3±1 persen atau 2—4 persen. Hasilnya, realisasi inflasi bahkan tidak mencapai target terendah.
Anggota Komisi XI DPR Fraksi Gerindra Susi Marleny Bachsin pun menyampaikan hal serupa. Kinerja inflasi 2021 bahkan jauh dari target tengah pemerintah pada 3 persen.
Baca Juga
Menurutnya, hal tersebut menunjukkan adanya penurunan kinerja pemerintah dan kurang optimalnya upaya mendorong daya beli masyarakat. Susi pun menegaskan bahwa upaya menjaga inflasi dalam rentang target sangat penting bagi perekonomian.
"Di satu sisi laju inflasi lebih rendah dari perkiraan sekilas membawa kabar baik, tetapi jika ditelisik lebih lanjut dan rinci, laju inflasi tahunan tersebut mempertegas kelesuan ekonomi," kata Susi dalam rapat paripurna, Selasa (5/7/2022).
Pada Juni 2022, inflasi tercatat telah mencapai 4,35 persen atau yang tertinggi sepanjang tahun ini. Padahal, pemerintah tidak mengubah target inflasi dari tahun lalu, yakni tetap beradi di 3±1 persen.
Evaluasi DPR RI atas laporan pemerintah pada 2021 menjadi peringatan agar laju inflasi tetap terjaga di rentang target. Jika melenceng, terdapat risiko bagi kinerja pertumbuhan ekonomi.