Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks PMI Naik, Layanan China Pulih Lebih Kuat dari Ekspektasi

Menurut pernyataan dari Caixin dan S&P Global, PMI melonjak menjadi 54,5 pada Juni dari 41,4 pada Mei 2022. Hal ini membuat layanan China pulih lebih kuat dari ekspektasi.
ILUSTRASI. Indeks PMI Naik, Layanan China Pulih Lebih Kuat dari Ekspektasi/REUTERS-Stringer
ILUSTRASI. Indeks PMI Naik, Layanan China Pulih Lebih Kuat dari Ekspektasi/REUTERS-Stringer

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas layanan China melampaui ekspektasi pada Juni dan melonjak ke level tertinggi dalam hampir satu tahun setelah Purchasing Managers' Index (PMI) mengalami kenaikan. 

Menurut pernyataan dari Caixin dan S&P Global, PMI melonjak menjadi 54,5 pada Juni dari 41,4 pada Mei 2022, sebagaimana dilansir dari Bloomberg pada Selasa (5/7/2022)

Itu adalah pembacaan tertinggi sejak Juli 2021 dan jauh melampaui estimasi median 49,6. Sementara itu, angka di atas 50 menunjukkan ekspansi. Sebuah survei menunjukkan tanda terbaru bahwa meredanya wabah dan pembatasan pandemi Covid-19 telah meningkatkan sentimen konsumen.

Beberapa kota, termasuk Shanghai, telah mengurangi pembatasan Covid-19 pada Juni ketika kasus turun. Dengan demikian, memungkinkan lebih banyak toko dibuka, konsumen berbelanja, dan kemacetan pasokan berkurang.

Pemerintah China juga menyatakan akan mengurangi separuh waktu karantina untuk turis yang datang.

“Wabah Covid regional dikendalikan, yang berkontribusi pada pemulihan sektor jasa,” kata Wang Zhe, ekonom senior di Caixin Insight Group, dilansir dari Bloomberg pada Selasa (5/7/2022).

Pekan lalu, ukuran resmi aktivitas nonmanufaktur menunjukkan lompatan ke 54,7 pada Juni. Artinya, angka tersebut tertinggi dalam lebih dari setahun dan jauh di atas perkiraan konsensus. Indeks Caixin lebih fokus pada perusahaan kecil, sedangkan PMI resmi melacak perusahaan besar.

Wang mencatat bahwa pemulihan dalam penawaran dan permintaan tidak meluas ke pasar tenaga kerja yang menyusut. Meskipun, perusahaan masih berhati-hati untuk memperluas perekrutan karena mereka berusaha untuk menekan biaya.

Sementara itu, sentimen ini juga bisa turun lagi mengingat ancaman pembatasan berulang jika ada lebih banyak wabah dan mutasi virus Corona. Hal itu karena akan mendorong kembali penerapan karantina atau lockdown untuk mencoba dan menghentikan penyebaran Covid-19.

Namun, Presiden China Xi Jinping pekan lalu menegaskan kembali komitmen negaranya terhadap strategi Zero Covid Policy, dengan mengatakan itu adalah kebijakan paling “ekonomis dan efektif” untuk China.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper