Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah kargo bermuatan batu bara asal Indonesia dikabarkan telah berlayar menuju sejumlah negara eropa seperti Jerman dan Polandia di tengah larangan impor baru bara dari Rusia oleh Uni Eropa.
Permintaan batu bara dari beberapa negara Uni Eropa dikabarkan meningkat seiring dengan komitmen benua biru untuk memotong pembelian sejumlah komoditas andalan Rusia pada tahun ini.
“Dengar secara verbal dari beberapa pembeli bahwa sudah ada kargo yang dikapalkan baik ke Jerman dan Polandia,” kata Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia melalui pesan singkat, Selasa (5/7/2022).
Menurut Hendra, kebutuhan batu bara dari beberapa negara Uni Eropa relatif besar setelah kebijakan larangan impor energi dari Rusia berlaku efektif pada Agustus mendatang. Sementara, Uni Eropa mesti mengantisipasi kebutuhan energi yang biasanya melonjak pada semester kedua tahun ini akibat memasuki musim dingin.
Di sisi lain, Hendra mengatakan, Rusia memasok batu bara sekitar 50 juta ton sepanjang 2021 untuk Uni Eropa. Dengan demikian, kebutuhan untuk pasokan batu bara dari Uni Eropa relatif besar untuk memenuhi permintaan jangka pendek tahun ini.
APBI mencatat sejumlah pembeli potensial asal Uni Eropa ikut mencari pasokan alternatif batu bara ke Afrika Selatan, Kolombia, Australia, Mongolia hingga Amerika Serikat.
“Kalau kebutuhan jumlahnya cukup besar ya karena negara negara Eropa perlu segera mencari alternatif supply batubara ketika [larangan] impor dari Rusia efektif berlaku di Agustus,” ujarnya.
Sementara, Bisnis sudah mencoba meminta keterangan lebih lanjut terkait dengan realisasi pengiriman batu bara dari Indonesia ke sejumlah pasar non tradisional di Uni Eropa kepada Plt Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Veri Anggrijono. Namun, hingga berita ini dinaikkan, Veri belum memberikan keterangan terkait dengan kegiatan ekspor batu bara ke Uni Eropa.
Seperti diberitakan sebelumnya, Jerman dan Austria memilih untuk kembali menggunakan bahan bakar berbasis batu bara untuk menjamin pasokan gas setelah Rusia memangkas alirannya ke negara Eropa.
Menteri Perekonomian Jerman Robert Habeck mengumumkan kebijakan untuk memanaskan pembangkit listrik bertenaga fosil yang menandakan kemunduran terhadap upaya Eropa untuk mengatasi perubahan iklim. Salah satu isi paket kebijakan yang diumumkan pada Minggu itu termasuk insentif bagi industri untuk mengurangi konsumsi.
"Keamanan pasokan saat ini masih terjaga. Namun, situasi menjadi serius. Konsumsi gas akan turun lebih jauh, perlu lebih banyak gas masuk fasilitas penyimpanan, jika tidak situasinya akan semakin ketat pada musim dingin," ujar Habeck seperti dikutip Bloomberg pada Senin (20/6/2022).
Adapun, Jerman tengah membutuhkan batu bara Indonesia sebanyak 5 hingga 6 juta ton seiring dengan kebijakan larangan impor energi dari Rusia pada tahun ini. Kebutuhan itu terungkap setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif melakukan kunjungan kerja ke negara itu pada pertengah bulan lalu.
“Saat ini disampaikan bahwa Jerman membutuhkan batu bara Indonesia 50 persen dari kebutuhan seluruhnya. Namun dalam koordinasi berikutnya dibutuhkan 5 hingga 6 juta. Tapi selanjutnya belum ada lagi permintaan secara resmi,” kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian ESDM Lana Saria terpisah, Selasa (21/6/2022).