The Fed yang Hawkish
Pengetatan agresif The Fed yang mendorong imbal hasil obligasi AS diperkirakan akan terus membuat investor menarik dana dari pasar regional. Pasar swap memperkirakan kenaikan suku bunga Federal Reserve hingga 150 basis poin tahun ini.
"Alasan investor asing menjual saham di pasar tersebut bukan karena ada yang tidak beres di dalamnya, melainkan karena Federal Reserve dan bank sentral lainnya memperketat kebijakan moneter mereka," kata kepala analis Asia Pasifik di Bank Julius Baer, Mark Matthews.
Salah satu tema utama yang dimunculkan oleh data tersebut adalah penjualan saham teknologi, yang menyumbang lebih dari setengah aksi jual di pasar saham Taiwan dan sekitar sepertiga bursa Korea.
Saham teknologi telah merosot di seluruh dunia tahun ini karena kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan global, dan valuasi yang tinggi menyusul keuntungan selama pandemi Covid-19.
Fund Manager Federated Hermes Calvin Zhang mengatakan pelemahan yen juga merugikan ekonomi Taiwan dan Korea mengingat kedua negara memiliki produk yang diekspor ke Jepang.
"Hal ini menyebabkan ketakutan bahwa mereka akan kehilangan pangsa pasar," kata Zhang.
Baca Juga
Sementara itu, pasar saham India berada di bawah tekanan karena ekonomi menderita akibat melonjaknya harga minyak, sedangkan bank sentral dengan cepat menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi.
Indeks saham acuan di Taiwan, Korea, dan India jatuh pada perdagangan Senin, memperpanjang penurunan tahun ini.
Pukulan Ganda
Kepala penilitian untuk Asia Pasifik di BNP Paribas SA Manishi Raychaudhuri mengatakan pata uang dan pasar keuangan di Asia diperkirakan tertekan oleh pukulan ganda dari pengetatan likuiditas yang cepat di pasar negara maju dan kenaikan harga bahan bakar.
Di sisi lain, ada titik terang juga di pasar Indonesia dan Thailand yang mencatat arus modal masuk ke pasar saham mereka pada kuartal terakhir, sementara arus keluar di dua negara tetangga dekat lainnya, Malaysia dan Filipina, relatif kecil.
Hal tersebut sebagian disebabkan pendekatan bank sentral yang lebih dovish di Asia Tenggara, yang berusaha memperlambat kenaikan suku bunga acuan untuk mempertahankan pemulihan pemulihan pasca-Covid-19.