Bisnis.com, JAKARTA--Setelah terus menggenjot investasi di bidang industri dasar, pemerintah kini menargetkan investasi di bidang mesin untuk memenuhi kebutuhan industri tekstil dan sepatu.
Menteri Perindustrian M.S Hidayat mengatakan akan terus menggenjot investasi dari hulu ke hilir.
Selama 3 tahun belakangan, pemerintah terus mengembangkan industri dasar, seperti industri mineral dan logam, industri petrokimia dan turunannya, dan industri berbahan agro industri.
Pengembangan industri tersebut dilakukan untuk menjadikan produk memiliki nilai tambah guna meningkatkan daya saing industri dalam negeri.
“Sekarang, kami ingin mengembangkan machinery. Saya harap salam satu tahun ke depan akan ada investasi yang melayani kebutuhan mesin untuk industri padat karya, seperti tekstil dan sepatu,” kata Hidayat, Kamis (24/10/2013).
Jadi, lanjutnya, diharapkan ke depannya, tidak ada lagi impor mesin tekstil atau sepatu ke Indonesia.
Pasalnya, program revitalisasi mesin tekstil masih berlanjut hingga saat ini sehingga, akan lebih baik bila kebutuhan mesin bisa diperoleh di dalam negeri, dibandingkan dengan impor.
Adapun, sepanjang tahun ini total anggaran revitalisasi mesin tekstil mencapai Rp110,5 miliar.
Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan total anggaran tahun lalu yang mencapai Rp144,49 miliar.
Namun, minat besar yang ditunjukkan pelaku industri ini justru tak surut.
Peningkatan signifikan minat pelaku industri tekstil dalam negeri terhadap revitaslisasi mesin mendorong pemerintah untuk untuk anggaran pada tahun depan.
Direktur Industri Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Ramon Bangun mengatakan industri TPT hingga kini masih menjadi salah satu industri padat karya yang menjadi andalan ekspor Indonesia.
Dia menceritakan, dahulu industri TPT dan garmen memang banyak menggunakan mesin-mesin yang sudah tua, yang umurnya sekitar 20 tahun. Kemudian, oleh pemerintah, mesin-mesin tersebut direstrukturisasi.
Berdasarkan Peraturan Menperin No.15/2012 tentang Program Revitalisasi Penumbuhan Industri melalui Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Tekstil dan Produk Tekstil serta Industri Alas Kaki, perusahaan tekstil yang mendapatkan bantuan yakni industri serat buatan, pemintalan, penenunan, perajutan, pencelupan (printing), garmen, dan barang tekstil lainnya.
Minat para pelaku industri tekstil untuk merevitalisasi mesin ini meningkat seiring semakin dekatnya penerapan Asean Economic Community (AEC) pada 2015.
Sepanjang semester I/2013, dari total anggaran Rp110,5 miiar, sebanyak Rp93 miliar telah diserap.
Adapun, total perusahaan yang mengajukan revitalisasi mesin mencapai 120 perusahaan. Sebanyak 115 perusahaan disetujui, sedangkan lima lainnya ditolak.
Revitalisasi mesin merupakan faktor paling penting untuk industri TPT.
Namun, lanjutnya, insentif fiskal atau kemudahan juga dibutuhkan oleh pelaku usaha ini. Misalnya, untuk ekspor di kawasan berikat.
Saat ini, bila bahan baku yang digunakan oleh pengusaha diperoleh dari impor, PPN dan bea masuk ditangguhkan. Sedangkan bila bahan baku diperoleh dari dalam negeri, pengusaha bayar PPN dahulu, setelah itu baru direstitusi.
Harusnya, yang menggunakan bahan baku dalam negeri juga bisa ditangguhkan agar memacu penggunaan bahan baku dalam negeri sehingga ekspor bisa lebih surplus lagi,” jelasnya.
Hidayat mengatakan, jenis industri tekstil dan sepatu harus diutamakan lantaran memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi. Sepanjang semester I/2013 nilai ekspor industri alas kaki Indonesia US$1,8 miliar.
Adapun sepanjang tahun ini, nilai ekspor diperkirakan mencapai US$3,5 miliar. Sedangkan untuk industri tekstil dan produk tekstil, ekspor tahun ini diperkirakan mencapai US$13 miliar, bahkan akan terus meningkat setiap tahunnya. (ra)