Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Misi Perdamaian Jokowi, Ini Kondisi Perdagangan RI dengan Rusia dan Ukraina

Berikut kondisi perdagangan RI dengan Rusia dan Ukraina usai Jokowi melakukan misi perdamaian.
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). Presiden menyatakan siap menjadi jembatan komunikasi antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin agar kedua pihak mencapai perdamaian. ANTARA FOTO/BPMI-Laily Rachev
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). Presiden menyatakan siap menjadi jembatan komunikasi antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin agar kedua pihak mencapai perdamaian. ANTARA FOTO/BPMI-Laily Rachev

Bisnis.com, JAKARTA - Usai sudah lawatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia pada pekan ini, dengan membawa misi perdamaian serta penanganan rantai pasok sejumlah komoditas yang terdampak akibat perang. Hubungan perdagangan antara Indonesia dengan dua negara yang tengah berkonflik itu pun cukup terdampak akibat perang yang berkecamuk sejak akhir Februari 2022.

BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat neraca perdagangan Indonesia-Ukraina selama Januari-April 2022 mengalami defisit sehingga mencapai US$23,3 juta secara kumulatif. Defisit tersebut membalikkan surplus yang terjadi selama periode yang sama di 2021 sebesar US$69 juta.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh dataindonesia.id, Indonesia cukup banyak melakukan impor dari Ukraina. BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat bahwa nilai impor dari Ukraina sebesar US$1,04 miliar atau setara dengan hampir Rp15 triliun sepanjang 2021.

Dari jumlah itu, 88,33 persen impor ke dalam negeri dari Ukraina berupa biji gandum dan meslin. Nilainya tercatat sebesar US$919,43 juta sepanjang 2021. 

Selain komoditas tersebut, Indonesia banyak mengimpor dari Ukraina berupa ingot besi dan baja senilai US$25,19 juta; impor besi kasar, besi cor, dan besi beton senilai US$22,41 juta; serta impor gandum-ganduman lainnya sebesar US$17,28 juta. Sementara, impor jagung dari Ukraina tercatat sebesar US$9,81 juta.

Seperti diketahui, Ukraina memiliki peran besar dalam rantai pasok pangan dunia. Invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina telah menimbulkan kemacetan rantai pasok global dan inflasi di sektor pangan dan energi.

Untuk itu, salah satu niat kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah untuk mendukung inisiatif PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) dalam memastikan keberlanjutan ekspor dari Ukraina yang tertahan akibat perang.

"Penting bagi semua pihak untuk memberikan jaminan keamanan bagi kelancaran ekspor pangan Ukraina, termasuk melalui pelabuhan laut. Saya mendukung upaya PBB dalam hal ini," pesan Jokowi saat melakukan pertemuan dengan Presiden Volodymyr Zelensky di Istana Maryinsky, Kiev, Rabu (29/6/2022), waktu setempat.

Jokowi, yang tahun ini memimpin forum internasional Group of Twenty atau G20, juga bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin, Kamis (30/6/2022). Dikutip dari laman media Rusia TASS, pembantu presiden Rusia Yury Ushakov mengugkap bahwa pembahasan kedua pemimpin negara itu akan berfokus pada situasi di Ukraina dan masalah ekspor biji-bijian sekaligus pupuk.

Sebelumnya, Jokowi dan Putin bertemu pada forum APEC di China saat 2014, KTT Rusia-ASEAN di Sochi pada 2016, dan di sela-sela East Asia Summit di Singapura pada 2018. Bersamaan dengan itu, mereka melakukan percakapan telepon pada 28 April 2022.

Yury mengatakan Rusia dan Indonesia bekerja sama di bidang-bidang seperti dukungan untuk pemulihan yang adil setelah pandemi Covid-19, memastikan stabilitas keuangan, agenda perubahan iklim, transformasi digital, dan lainnya.

Hubungan tersebut pun tercermin dalam hubungan perdagangan antara kedua negara. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total perdagangan antara Rusia dan Indonesia mencapai senilai US$2,74 miliar pada 2021.

Pada tahun lalu, ekspor Indonesia ke Rusia mencapai senilai US$1,49 miliar dan impor sebesar US$1,2 miliar (dua-duanya didominasi oleh nonmigas). Neraca perdagangan dengan Rusia tercatat surplus sebesar US$239,7 juta atau sekitar US$3 triliun.

Kemendag sempat mencatat bahwa pada 2019-2020, komoditas ekspor utama Indonesia ke Rusia meliputi minyak kelapa sawit atau CPO dan produk turunannya, kopi, karet alam, dan mentega. Sementara itu, komoditas yang paling banyak diimpor dari Negeri Beruang Merah itu yakni besi, baja setengah jadi, batu bara, pupuk non-orgnaik atau kimia, serta perlengkapan peluncuran pesawat.

Kendati demikian, seperti halnya dengan Ukraina, tren neraca dagang Rusia dan Indonesia menurun setelah adanya perang. BPS mencatat neraca dagang Indonesia-Rusia selama Januari-April 2022 defisit US$217,2 juta.

Sebelumnya pada periode Januari-April 2021, neraca dagang Indonesia-Rusia mencatat surplus sebesar US$48,3 juta.

PELUANG UNTUK INDONESIA

Kementerian Perdagangan sempat mengungkap bahwa tengah menjajaki peluang perluasan ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa setelah terbitnya larangan impor sebagian besar komoditas asal Rusia. Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga kinerja neraca perdagangan tetap surplus di tengah beban inflasi dan ongkos perdagangan internasional yang relatif tinggi.

"Pangsa pasar Rusia di negara-negara tersebut merupakan peluang bagi produk ekspor Indonesia untuk diversifikasi pasar ekspor. Kemendag saat ini tengah menjajaki peluang pasar yang sebelumnya diisi produk Rusia," kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan, April 2022 lalu.

Dampak krisis Rusia-Ukraina, kata Kasan, turut mengungkit capaian nilai ekspor produk unggulan Indonesia seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), batu bara, nikel hingga besi dan baja.

Selain faktor harga, secara agregat ekspor sektor nonmigas diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan pemulihan permintaan global.

"Ekspor sektor nonmigas diperkirakan menguat baik secara bulanan dan juga tahunan. Penguatan ini diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga triwulan berikutnya," jelasnya.

Pada Mei 2022, ekspor Indonesia mencapai US$21,51 miliar atau anjlok sebesar 21,29 persen dibandingkan dengan April 2022 yakni US$27,32 miliar.

Jika dibandingkan dengan Mei 2021, nilai ekspor naik sebesar 27,00 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebesar US$16,6, miliar.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan konflik antara Rusia dan Ukraina memperpanjang tren kenaikan harga komoditas di tengah krisis energi global yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, ekspor dan surplus barang diprediksi barang bertahan cukup lama.

"Kenaikan harga komoditas global di tengah perang Rusia-Ukraina tetap menjadi pendorong utama terjadinya surplus yang besar karena mendorong kinerja ekspor Indonesia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper